Bisnis.com, JAKARTA – Efek atmosfer yang dikenal sebagai ‘elves’ dan ‘sprite’ mungkin telah diamati pertama kalinya oleh ilmuwan di luar Bumi. Fenomena itu dapat dilihat berkat pesawat luar angkasa Juno milik NASA.
Dilansir dari Express UK, Rabu (4/11) fenomena misterius yang dinamai dengan makhluk mitos dan legenda itu merupakan peristiwa yang disebut transient luminous events (TLEs).
TLEs adalah kilatan cahaya aneh yang secara tak terduga dapat muncul di atmosfer saat terjadinya badai petir. Kendati mereka hanya pernah diamati di Bumi, data yang dikumpulkan NASA menunjukkan hal itu mungkin juga terjadi di Jupiter.
Hingga saat ini, keberadaan TLEs di atmosfer Jupiter masih tetap menjadi spekulasi teoritis. Sebelum akhirnya instrumen spektograf ultraviolet (UVS) pesawat luar angkasa Juni mendeteksi kilatan cahaya ultraviolet yang singkat namun terang di planet gas raksasa itu.
Rohini Giles dari Southwest Research Institute di San Antonio, Texas yang ikut menulis studi tentang fenomena tersebut mengatakan bahwa UVS dirancang untuk mengkarakterisasi cahaya utara dan selatan Jupiter yang indah.
“Tapi kami menemukan gambar yang tidak hanya menunjukkan aurora Jovian, tapi juga kilatan sinar UV terang di sudut tempat yang tidak seharusnya. Semakin banyak tim memeriksa, semakin kami menyadari bahwa Juno mungkin telah mendeteksi TLE di Jupiter,” katanya.
Di Bumi, fenomena ‘sprite’ cenderung muncul hingga 60 mil di atmosfer, menerangi puluhan mil langit sekaligus. Namun, TLE di Jupiter itu hanya bertahan beberapa milidetik, kurang dari waktu yang dibutuhkan orang untuk berkedip.
‘Sprite’ sangat mempesona karena mereka sangat mirip makhluk ubur-ubur dengan gumpalan cahaya pusat antara 15 dan 30 mil. Sulur-sulur cahayanya dapat dilihat dari gumpalan-gumpalan ini ke arah tanah ataupun ke atas.
Di sisi lain, ‘elves’ menyerupai cakram cahaya pipih di atmosfer atas. Seperti ‘sprite’, itu juga hanya menyala selama milidetik dalam satu waktu. Bagaimanapun TLE tersebut terbilang sangat besar dan muncul hingga 200 mil.
Menurut Giles, kedua peristiwa tersebut memiliki warna berbeda yang berubah seiring dengan komposisi atmosfer planet. Di Bumi, ‘sprite’ dan ‘elves’ tampak berwarna kemerahan karena interaksi dengan nitrogen di atmosfer bagian atas.
“Tapi di Jupiter, atmosfer bagian atas sebagian besar terdiri dari hidrogen, jadi kemungkinan besar mereka akan tampak berwarna biru atau merah muda,” katanya.
Pesawat luar angkasa Juno milik NASA telah mengamati 11 peristiwa berskala besar di bagian atmosfer Jupiter, yang dikenal sering terjadi badai. Peristiwa itu terjadi sekitar 186 mil di atas tempat badai terbentuk, yang secara efektif mengesampingkan mereka sebagai sambaran petir besar.
Giles berkata bahwa mereka terus mencari lebih banyak tanda-tanda dari dua peristiwa tersebut setiap kali Juni berhasil mendapatkan gambar. Mereka mengaku lebih tau apa yang dicari dan bisa jadi lebih mudah menemukannya pada Jupiter dan planet lainnya.
“Selain itu, membandingkan ‘sprite’ dan ‘elves’ dari Jupiter dengan yang ada di Bumi akan membantu kita lebih memahami aktivitas listrik di atmosfer planet-planet,” katanya.