Bisnis.com, JAKARTA – PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia) menilai daya beli masyakarat terhadap layanan data makin menurun menjelang akhir tahun. Meski demikian, untuk pendidikan, masyarakat tidak perhitungan untuk membeli paket data.
Wakil President Direktur Tri Indonesia Danny Buldansyah mengatakan secara nasional daya beli masyarakat cenderung menurun untuk membeli kuota data. Meski demikian, untuk beberapa kepentingan – seperti pendidikan – pelanggan tetap berusaha memperjuangkannya. Berdasarkan hasil analisis 3 Indonesia terdapat dua hal yang membuat pelanggan tetap belanja paket data dalam nominal besar.
Pertama, pendapatan pelanggan tersebut tidak terdampak oleh tekanan ekonomi akibat pandemi. Kedua, pergantian alokasi anggaran. Artinya pelajar yang sebelumnya menghabiskan uang untuk ongkos sekolah dan jajan, diganti untuk membeli kuota data dalam jumlah besar.
“Karena banyak yang work from home dan school from home, itukan tidak perlu lagi uang jajan ke sekolah, sehingga uangnya lari untuk beli kuota,” kata Danny kepada Bisnis.com, Jumat (16/10/2020).
Danny menjelaskan meski terjadi penambahan, tidak sebesar dengan uang yang berhasil diirit oleh pelanggan mereka.
Dia mencontohkan dalam 1 bulan masyarakat dapat menghemat sekitar Rp220.000 dari uang jajan dan ongkos jalan. Dari nominal tersebut, hanya Rp20.000 – Rp30.000 yang lari untuk penambahan paket kuota data.
Sekadar catatan, hingga kuartal III/2020, Tri mengklaim telah memiliki jumlah pelanggan sebanyak 38 juta pelanggan, dengan 90 persen dari jumlah tersebut merupakan generasi milenial.
“Dari satu sisi memang kebutuhan kuota data naik,” kata Danny.
Senada, Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana menilai tingginya anggaran yang dihabiskan pelajar untuk membeli kuota data disebabkan orang tua para pelajar peduli terhadap pendidikan anaknya.
“Relokasi anggaran karena orang tua pun akan mengutamakan pendidikan anak,” kata Etta.