Bisnis.com, JAKARTA – Pasar ponsel pintar refurbish mengalami penyusutan pengiriman pada 2019. Fenomena ini mengikuti kondisi yang terjadi pada pasar ponsel baru.
Seperti dikutip dari GSMArena, Jumat (12/6/2020), berdasarkan data Counterpoint Research, produsen menjual 137 juta perangkat refurbish pada 2019. Volume itu mengalami penurunan 1 persen dari tahun sebelumnya.
Penurunan terbesar dialami pasar negara-negara seperti Eropa, China, dan Amerika Serikat, sementara itu peningkatan terjadi di India, wilayah Amerika Latin dan Afrika.
Jeff Fieldhack, Direktur Riset di Counterpoint, mengungkapkan fenomena ini terjadi pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.
Tren berubah karena banyak konsumen lebih memilih untuk membeli ponsel pintar baru yang murah, Kondisi itu marak terjadi di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Ada juga faktor lain yang mempengaruhi, seperti perekonomian global yang lesu dan kurangnya ekosistem yang layak bagi para refurbishers untuk mendapat untung dari penjualan produk tersebut.
Namun, ponsel pintar jenis ini lebih disukai di pasar seperti Amerika Latin. Di pasar kawasan ini konsumen masih bisa mendapatkan ponsel pintar refurbish kelas premium dengan harga terjangkau.
Akan tetapi, menurut Jeff, pertumbuhan pasar ponsel pintar refurbish ini berpotensi makin terkoreksi tahun ini. Wabah virus corona, menurutnya, membuat pasar ponsel pintar secara keluruhan mengalami penurunan.
Adapun, ponsel pintar refurbish merupakan gawai baru yang pada akhirnya dikembalikan oleh konsumen karena adanya cacat atau kegagalan fungsi operasi. Ponsel ini lalu diperbaiki oleh vendor atau pihak tertentu untuk dijual kembali.