Bisnis.com, JAKARTA - Ericsson AB mencatatkan penurunan nilai aset yang terkait bisnisnya di China senilai 1 miliar krona (US$109 juta).
Dalam pernyataannya, perusahaan mengatakan penurunan tersebut karena biaya yang tinggi untuk pengembangan produk baru. Namun, secara keseluruhan bisnis 5G Ericsson di China diharapkan memiliki profitabilitas yang sehat selama masa kontrak.
"Margin selama kuartal kedua 2020 diperkirakan negatif karena tingginya biaya awal untuk produk baru," kata perusahaan itu, dilansir Bloomberg, Senin (8/6/2020).
Ericsson mengatakan biaya itu adalah bagian dari strategi untuk memperluas kehadirannya di pasar yang sangat penting untuk teknologi generasi kelima.
Sementara itu, berita tentang penurunan nilai aset diumumkan ketika perusahaan ini telah mengamankan perjanjian dengan tiga operator utama di China. Ericsson berharap mencapai profitabilitas yang sehat melalui perjanjian terbaru itu.
Analis di Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa Ericsson akan dapat menambah sekitar 3-4 persen dari pendapatannya tahun ini karena membangun kehadiran 5G di seluruh dunia. Ericsson mengatakan bahwa mereka bakal mencapai target keuangan terbaru untuk 2020 dan 2022.
Perusahaan mengatakan, penurunan aset tersebut terkait dengan persediaan produk prakomersial untuk pasar China, dengan biaya yang akan dilaporkan dalam unit Segment Networks pada kuartal kedua tahun ini.
"Sementara penyebaran 5G di China akan terus meningkat untuk jangka pendek, marjin kotor Segment Networks diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan kotor dan operasional dari paruh kedua 2020 dan sejalan dengan rencana bisnis yang menguntungkan dari waktu ke waktu," ujar perusahaan itu.