Tiga Hal yang Dicari Investor dari Startup

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 28 Maret 2019 | 14:57 WIB
Salah satu coworking space di Kuningan, Jakarta Selatan./Reuters
Salah satu coworking space di Kuningan, Jakarta Selatan./Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Komunitas investor Bizcom Indonesia mengadakan seminar mengenai strategi pendanaan bagi perusahaan rintisan digital (start up) dalam kegiatan Bizcom Investor Gathering.  Acara yang mengangkat topik Strategy Raise Fund and Get a Good Valuation ini dihadiri oleh narasumber yang berasal dari perusahaan modal ventura lokal dan asing serta perbankan.

CEO Bizcom Indonesia Sendra Wong mengatakan, salah satu permasalahan klasik yang dialami oleh bisnis konvensional maupun rintisan digital adalah pendanaan.  Perbedaannya, sambung Sendra, kalau dulu hanya bergantung pada bank, sekarang sudah banyak sumber-sumber lain yang bisa dijadikan sebagai pilihan utama permodalan bisnis.

"Banyaknya startup-startup yang lahir dan berkembang di Indonesia ternyata sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan investasi nonbank yang menaruh perhatian besar terhadap perusahaan-perusahaan yang baru berumur kurang dari 2 tahun. Uniknya, para investor ini tidak hanya berasal dari industri keuangan, namun justru banyak yang datang dari industri lain kompetensi intinya bukan pada investasi," tutur Sendra di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Meski jumlah pemodal saat ini sudah cukup banyak, tambahnya, bukan berarti tidak ada tantangan dalam mendapatkan pemodalan. Dia mengatakan membutuhkan strategi khusus untuk menarik minat investor.

"Dan strategi itu bukan saja soal pemasaran, tapi juga dalam hal menciptakan good value yang membuat investor tertarik," kata Sendra.

Senada, CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro mengatakan bahwa perusahaan rintisan digital yang ingin didanai oleh perusahaannya harus memiliki minimal tiga nilai jual, yaitu apakah industrinya sedang bertumbuh, apakah para pendirinya memiliki pengalaman atau passion di bidang tersebut dan apakah tim di belakangnya memiliki kompetensi yang mumpuni.

"Apalagi jika antara satu startup dengan kompetitornya tidak memiliki keunikan dan keunggulan yang membedakan secara kontras satu dengan lainnya, sulit untuk melihat prospek masa depannya," tuturnya.

Francisca Adinda, Indonesian Market Lead Precious Communications, mengatakan startup mutlak membutuhkan strategi komunikasi mulai dari hulu ke hilir.Dari hulu artinya para pendiri perusahaan rintisan digital ini sudah merencanakan tentang cerita apa yang ingin disampaikan kepada target khalayaknya.

Strategi di hilir merupakan bentuk aksi komunikasi seperti pameran, kunjungan ke media, wawancara dan sebagainya. Hanya saja, lanjut Francisca, rata-rata startup hanya ingin proses di hilirnya saja.

"Akibatnya bisa kita lihat, banyak startup yang dapat investasi di tahap seed, tapi setelah itu tidak pernah mendapat kepercayaan lagi untuk tingkatan Seri A. Kenapa bisa terjadi, karena pendirinya hanya fokus pada kulit luar dari bisnisnya saja, dan alpa dalam merumuskan fondasi jangka panjang," kata Fransisca.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper