Bisnis.com, JAKARTA — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) menjamin penyewaan seluruh kapasitas Satelit Republik Indonesia (Satria) selama vendor satelit menjaga layanan tersebut berfungsi optimal. Pemenang tender nantinya membentuk badan usaha baru yang didekasikan khusus untuk mengelola proyek satelit multifungsi.
Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan bahwa pemenang tender Satria rencananya akan diumumkan pada awal April 2019. Pemenang tender nantinya membentuk badan usaha baru yang didekasikan khusus untuk mengelola proyek satelit multifungsi.
Seluruh kapasitas Satelit Satria akan dikuasai oleh Bakti. Dari Bakti, lanjutnya, sejumlah kapasitas data akan disalurkan kepada para pengguna yang berada di 149.400 titik di seluruh Indonesia baik diberikan gratis ataupun berbayar.
Bakti kemudian akan membayar penyewaan kapasitas melalui skema availability payment kepada badan usaha bentukan vendor pemenang. Pembayaran akan dilakukan selama vendor menjaga operasi layanan pada level yang optimal dengan perjanjian standar minimum atau service level agreement (SLA) 95%.
“Nanti Bakti langsung membayar ke Badan Usaha secara pasti jumlahnya setiap tahun,” kata Anang.
Dari sembilan konsorsium yang mengikuti tender Satelit Satria hingga saat ini tersisa dua konsorsium yaitu, Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan Dharma Bakti yang terdiri dari Societe Europeenne des Satellites dan iForte.
Anang menungkapkan proyek pengadaan satelit multifungsi pemerintah tersebut akan memakan biaya hingga Rp8 triliun dengan masa konsesi selama 15 tahun.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan availability payment untuk 15 tahun dari proyek tersebut diyakini akan lebih besar dari proyek Palapa Ringa yang mencapai 18 triliun.
Dia menyampaikan bahwa pembangunan saetlit akan berlangsung selama 26 bulan atau 3 tahun setelah penandatanganan kontrak dengan pemenang tender. Pihaknya menargetkan pada 2022 satelit multifungsi milik Indonesia telah berada di slot orbitnya.
Secara lebih rinci, Anang menjelaskan bahwa dalam kurun waktu 1 tahun setelah penandatanganan kerja sama, pemenang tender harus telah menyiapkan dana yang dibutuhkan. Adapun, proses konstruksi diperkirakan berlangsung selama 2019-2022.
Selanjutnya, rencana peluncuran Satria dijadwalkan pada tahun 2022 dan dilakukan uji coba sehingga pada 2023 satelit tersebut mulai dapat beroperasi melayani kebutuhan internet masyarakat di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar).