Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif mengatakan asal mula gagasan tol langit berawal dari sebuah acara yang dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara . Saat itu, lanjutnya, Rudiantara rencananya ingin menghadirkan sebuah layanan komunikasi dan informasi yang cepat seperti kendaraan sedang berada di jalan tol bebas hambatan.
“Jaringan ini digelar baik di lautan maupun di daratan menyediakan sinyal bebas hambatan proyek palapa ring. Sudah diinisasi sejak 2005 kemudian dicari model bisnisnya, pada 2009 gagal. Pas Rudiantara jadi menteri model bisnis ketemu yaitu Pemerintah dan Swasta (KPBU),” kata Anang di Jakarta, Selasa (19/3/2019).
Dia menerangkan skema kerja sama antara pemerintah dan dan badan usaha (KPBU) dilaksanakan pada 2015. Pada saat itu Bakti melihat ada 114 kabupaten/kota yang belum terjangkau internet. Untuk mengatasi hal itu, dibangunlah jaringan serat optik melalui kerja sama Kemenkominfo dengan operator.
“Ada 57 pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan sisanya swasta. Ini yang akhirnya dalam debat capres disebutkan proyek infrastruktur langit,” kata Anang.
Anang mengatakan awalnya proyek Palapa Ring dibangun dalam satu paket, namun karena khawatir membutuhkan waktu lama, dibagi menjadi tiga paket yaitu Ring Barat, Tengah dan Timur.
Adapun kata Palapa Ring sendiri merujuk pada janji patih Gajah Mada yang ingin mempersatukan Indonesia. Palapa tidak ada kaitannya dengan Palapa Satelit.
“Palapa Ring menggunakan serat optik yang untuk mendeliver layanan kecepatan tinggi atau broadband hingga 10—20 tahun ke depan,” kata Anang.
SKKL Palapa Ring terbagi ke dalam tiga segmen yaitu Palapa Ring Barat sepanjang 2.275 km yang dikelola oleh PT Palapa Ring Barat, Palapa Ring Tengah sepanjang 2.995 km yang dikelola oleh PT LEN Telekomunikasi Indonesia, dan Palapa Ring Timur yang dikelola PT Palapa Timur Telematika dengan panjang 6.878 km.