IMPOR TELEPON SELULER: Tahun Ini Diperkirakan 70 Juta Unit

Riendy Astria
Minggu, 12 Mei 2013 | 16:20 WIB
Bagikan

BISNIS.COM, JAKARTA--Sejumlah produsen/pemegang merk telekomunikasi mulai merapat ke Kementerian Perindustrian dan Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk bekerja sama membangun basis produksi komponen/perangkat telekomunikasi di Indonesia.

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan impor telepon seluler terus meningkat setiap tahunnya.

Tahun lalu, impor telepon seluler antara 50 juta-60 juta unit dan tahun ini diperkirakan mencapai 70 juta unit.

Adapun nilai dari impor telepon seluler diperkirakan mencapai US$5 miliar. Nilai tersebut hanya untuk impor telepon seluler.

Adapun untuk infrastruktur telekomunikasi seperti wireless, radar, software, dan sebagainya, tiga operator besar di Indonesia bisa mengeluarkan capex hingga US$15 miliar (Rp150 triliun) per tahun. Dari total tersebut, sekitar 99% didapat dari impor.

“Kami berharapnya, dari US$15 miliar itu (infrastruktur telekomunikasi), sekitar 70 % nya bisa bagun di lokal. Seperti tower, Indonesia kan bisa bangun tower,” kata Budi ketika dihubungi Bisnis.Com, Minggu (12/5/2013).

Sementara itu, untuk telepon seluluer, pihaknya masih mempertanyakan kesanggupan dalam negeri untuk membuat telepon seluler. “Mungkin kalau untuk yang tingkat medium bisa saja.”

Meski begitu, lanjut Budi, pemerintah tidak putus asa.

Untuk bisa menekan impor, beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian No.108/M IND/PER/11/2012 tentang Tanda Pendaftaran Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (handheld) dengan tujuan untuk menekan impor. Sekarang, dampaknya sudah terlihat.

Budi mengatakan saat ini sudah ada beberapa produsen dan pemegang merk yang mendatangi Kemenperin dan BKPM untuk bekerjasama membangun pabrik komponen/perangkat lokal.

"Dengan regulasi itu kan telepon seluler harus terdaftar, ada kena PPN 10%, ini untuk menekan impor. Kami ingin mereka bangun pabrik di Indonesia. Lebih menumbuhkan komponen dalam negeri. Kami ingin membantu buat rencananya, jadi kami kolaborasi. Akan ada impor substitution namanya,” jelasnya. (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper