Kini Peringatan Dini Bencana Bisa Diakses Langsung Lewat TV Digital

Rika Anggraeni
Rabu, 25 September 2024 | 12:35 WIB
Kondisi puing bangunan yang terdampak akibat bencana longsor di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). Berdasarkan data BPBD Jawa Barat, sebanyak tiga bangunan, tiga kolam dan sekitar satu hektar sawah terdampak akibat longsor yang melanda sekitar obyek wisata dan sumber mata air Cipondok tersebut. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Kondisi puing bangunan yang terdampak akibat bencana longsor di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). Berdasarkan data BPBD Jawa Barat, sebanyak tiga bangunan, tiga kolam dan sekitar satu hektar sawah terdampak akibat longsor yang melanda sekitar obyek wisata dan sumber mata air Cipondok tersebut. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) resmi meluncurkan sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) melalui TV digital dan disaster prevention informatian system (DPIS). Langkah ini untuk mendukung penyebarluasan informasi dini kejadian bencana di Tanah Air. 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyampaikan bahwa EWS melalui TV digital dan DPIS menjadi salah satu solusi memperkuat layanan informasi kebencanaan di Indonesia. 

Untuk skemanya, Budi menjelaskan bahwa informasi bencana melalui DPIS akan disampaikan atau diteruskan kepada semua petugas, relawan kebencanaan atau kedaruratan dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten dan kota.

Budi menambahkan bahwa DPIS merupakan hibah dari pemerintah Jepang untuk menyiapkan suatu sistem penyebaran informasi bencana dalam rangka antisipasi dan penanganan yang cepat dan optimal. 

“EWS TV digital merupakan sistem penyebaran informasi bencana melalui siaran televisi digital berdasarkan kode pos di wilayah-wilayah yang terdampak bencana dan langsung bisa diakses masyarakat melalui siaran televisi digital,” kata Budi dalam keterangan resminya, dikutip pada Rabu (25/9/2024). 

Nantinya, kata Budi, sistem EWS yang memanfaatkan jangkauan layanan TV digital bisa menjangkau sekitar 76% populasi di Indonesia. Dia mengeklaim bahwa sistem tersebut bisa memberikan informasi langsung dari otoritas deteksi dini kebencanaan dan ditayangkan pada layar TV digital dengan mengenterupsi siaran yang ditonton oleh masyarakat.

“DPIS dan EWS TV digital yang sebentar lagi akan segera diimplementasikan ini merupakan sistem yang saling melengkapi. Dan akan mendukung sistem EWS existing melalui SMS Blasting, perlu digarisbawahi bahwa info kebencanaan ini hanya disebarkan kepada masyarakat terdampak,” terangnya. 

Lebih lanjut, Budi menyampaikan bahwa Kemenkominfo telah melakukan uji coba sistem EWS TV digital bersama semua penyelenggara multipleksing (MUX), vendor perangkat TV Digital serta vendor set top box (STB) yang didukung oleh kementerian dan lembaga seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulanganan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta.

Kendati demikian, Budi mengingatkan bahwa implementasi sistem informasi kebencanaan ini juga perlu ditindaklanjuti dengan sosialisasi secara masif. 

“Karena hal ini penting agar masyarakat bisa terhindar dari segala permasalahan dalam kebencanaan, masyarakat bisa mengetahui langkah-langkah keselamatan yang harus dilakukan apabila menerima pesan peringatan dini kebencanaan di layar televisi,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo Wayan Toni Supriyanto menuturkan bahwa alat sistem peringatan dini bencana alam atau EWS merupakan bantuan aplikasi dari pemerintah Jepang. Ini lantaran Indonesia memiliki kontur yang sama dengan Jepang.

“Kita mirip kondisi konturnya dengan pemerintah Jepang, banyak bencana juga, bencana gempa. Sehingga kita diberikan aplikasi yang bisa digunakan untuk di Indonesia,” ungkap Wayan dalam acara Ngopi Bareng di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Peringatan bencana itu akan terhubung dengan informasi yang dimiliki BMKG, yang memiliki informasi akan sumber bencana seperti ancaman gempa megathrust, termasuk potensi tsunami.

Skemanya, sinyal peringatan bencana dari BMKG akan dikirim melalui TV, sejalan dengan langkah pemerintah yang mematikan siaran analog (analog switch off/ASO).

Selain itu, masyarakat juga akan menerima peringatan bencana melalui handphone yang terhubung jaringan 2G dan 3G.

“Kemenkominfo memberikan alert kepada set top box penyiaran yang stand by, dia langsung menjadi alarm dan alarm handphone. Langsung dia memberikan [sinyal] ada bencana. Nah, ini akan sedang dikaji oleh Direktorat pita lebar,” terangnya.

Selanjutnya, pesan peringatan bencana akan muncul dengan layar TV menampilkan warna hitam dan berdengung. Pesan itu menandakan adanya bencana sedang terjadi di Tanah Air.

“Jadi, nanti kalau yang melalui broadcast, dia langsung bentuknya alert. Sementara nanti akan ada alert, kalau posisi tv [layar menjadi] agak hitam, dia akan informasi tenggg [berdengung], bencana gempa,” jelasnya.

Menurut Kemenkominfo. langkah ini dilakukan agar tiap pemerintah daerah membangun budaya sensitif akan sinyal peringatan dini bencana alam. Sehingga, pemerintah bisa menyelematkan lebih banyak orang saat sistem itu berbunyi.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper