Biaya dan Inkompentasi Data Bikin Korporasi Malas Adopsi Kecerdasan Buatan (AI)

Rika Anggraeni
Kamis, 4 Juli 2024 | 19:16 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan/doc.Microsoft
Ilustrasi kecerdasan buatan/doc.Microsoft
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan keamanan dan pengiriman aplikasi multi cloud, F5, mengungkapkan faktor biaya menjadi penghambat utama korporasi dalam menerpakan kecerdasan buatan (AI). 

Berdasarkan laporan bertajuk F5’s 2024 State AI Application Strategy Report, para pemimpin korporasi mengungkap ada tiga masalah utama yang dihadapi pada lapisan infrastruktur saat hendak memanfaatkan AI.

Pertama, sebanyak 62% responden korporasi menyatakan biaya komputasi merupakan pertimbangan yang utama dalam perluasan penggunaan AI.

Kedua, 57% menyatakan kekhawatiran akan kualitas sistem keamanan menjadi alasanya selanjutnya. 

"Ketiga, lebih dari separuh responden atau sebanyak 55% menyatakan hasil kinerja di seluruh aspek model ini menjadi pertimbangan dalam penerapan AI," tulis dalam laporan F5 dikutip Kamis (4/7/2024).

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa implementasi teknologi AI tanpa melakukan pendekatan yang aman akan menimbulkan risiko dan mengancam keamanan suatu korporasi.

Dalam laporan tersebut, sebanyak 75% korporasi mengadopsi sistem AI dalam operasi bisnisnya. Namun, 72% dari jumlah tersebut justru melaporkan adanya isu pada kualitas data serta inkompetensi data yang signifikan pada pengadopsian sistem tersebut.

Sementara itu, data dan sistem telah diimplementasikan oleh korporasi dengan tujuan mengumpulkan, memproses dan mengamankan sebagai proses kritikal dalam pengadopsian dan optimalisasi pengadopsian sistem AI.

Executive Vice President dan Chief Technology Officer F5 Kunal Anand mengatakan bahwa AI merupakan sumber daya yang mendisrupsi. Dalam hal ini, AI dapat membantu korporasi dalam berinovasi dan menyediakan layanan digital yang tidak tertandingi.

“Akan tetapi, implementasi dari sistem AI sangatlah rumit, di mana apabila dilakukan tanpa pendekatan yang tepat dan aman, hal tersebut sebaliknya dapat meningkatkan risiko atau mengancam keamanan korporasi tersebut,” kata Anand.

Laporan terbaru F5 menyoroti adanya tren topik yang secara signifikan yaitu banyak korporasi yang dalam keinginan mereka untuk mengimplementasikan sistem AI yang kurang memperhatikan kebutuhan atas pndasi yang kokoh.

Bahkan, Anand mengungkap bahwa ketidaktelitian ini bukan hanya menyebabkan penurunan efektivitas dari sistem AI, melainkan juga membawa perusahaan ke ambang ancaman keamanan.

Studi ini juga menyoroti sejumlah tantangan yang perusahaan hadapi pada keseluruhan infrastruktur data, model, pengaplikasian layanan, serta lapisan-lapisan yang harus bisa diatasi agar bisa dicapai adopsi dan pengaplikasian sistem AI yang luas dan sukses.

Lebih lanjut, studi ini juga menunjukkan bahwa hanya 24% dari responden yang menyatakan mereka telah mengimplementasikan AI dalam operasionalnya.

Berdasarkan studi ini, penggunaan generative AI yang paling sering digunakan adalah copilot dan alat produktivitas karyawan (40%) dan fitur layanan konsumen seperti chatbots (36%). Disusul Workflow automation sebanyak 36%, yang juga termasuk dalam prioritas teratas dalam penggunaan AI.

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper