Bukan Cuma Starlink, Kemenkominfo Lagi Lobi Izin Tempat Satelit LEO Buat RI

Rika Anggraeni
Jumat, 31 Mei 2024 | 20:31 WIB
Logo Starlink pada salah satu satelit orbit rendah/dok. tangkapan layar SpaceX
Logo Starlink pada salah satu satelit orbit rendah/dok. tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melobi Persatuan Telekomunikasi Internasional atau International Telecommunication Union (ITU) untuk mengamankan beberapa koordinat titik satelit orbit bumi rendah (Low Earth Orbit/LEO) untuk Indonesia, setelah Starlink masuk ke pasar.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/5/2024).

Nezar menyampaikan bahwa langkah ini dilakukan agar titik koordinat itu tidak diambil negara lain.

“Pemerintah sekarang sedang memperjuangkan beberapa spot yang ada di angkasa kita untuk LEO, ada peluang ribu spot yang sedang diminta izin globalnya ke ITU. Pak Menteri [Budi Arie Setiadi] sedang menegosiasikan soal ITU,” kata Nezar.

Nezar menyampaikan bahwa Indonesia bisa memiliki satelit LEO yang memungkinkan pemain lokal bisa menggunakan satelit ini.

Terlebih, satelite ini berjarak 300 mil di atas permukaan bumi.

Selain satelit orbit bumi rendah Starlink milik Elon Musk, Nezar menuturkan bahwa hingga sampai saat ini belum ada satelit asing lainnya yang ingin masuk ke Indonesia.

“Dari luar sejauh ini belum ada, tetapi sejumlah negara kan punya teknologi yang mirip Starlink. Kita tunggu saja, makin banyak yang masuk ke Indonesia dan bisa menjual koneksi secara murah dan kita bisa menjamin kedaulatan digitalnya, kenapa engga? Yang penting kontrolnya ada di Republik Indonesia,” pungkasnya.

Sebelumnya,  Menkominfo Budi Arie Setiadi bertemu dengan Sekretaris Jenderal ITU Doreen Bogdan-Martin untuk membahas strategis yang masuk dalam lingkup tugas ITU.

Salah satu yang dibahas adalah rencana Indonesia untuk mengembangkan satelit LEO.

Jika hal ini dijalankan, maka pemerintah Indonesia perlu melakukan pendaftaran penggunaan slot orbit (filing) satelit NGSO untuk orbit equatorial.

Budi menyampaikan bahwa rencana ini dipertimbangkan agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna satelit LEO, tapi juga menjadi pengembang yang kompetitif di level global.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper