Starlink Langsung Jualan ke B2B, MoU dengan Telkom (TLKM) Buat Apa?

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 28 Mei 2024 | 17:52 WIB
Pekerja Telkomsat berada di depan infrastruktur penerima sinya satelit Starlink Elon Musk/dok. Telkomsat.
Pekerja Telkomsat berada di depan infrastruktur penerima sinya satelit Starlink Elon Musk/dok. Telkomsat.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Starlink mengincar segmen ritel dan korporasi di Indonesia. Menimbulkan pertanyaan mengenai eksklusivitas kerja sama yang dijalin perusahaan milik Elon Musk tersebut dengan Telkom (TLKM) untuk pasar enterprise. 

Mengenai hal tersebut, Vice President Corporate Secretary Telkomsat Fino Arfiantono menjelaskan bahwa perusahaan telah menjalin kerja sama dengan Starlink sejak 2021 untuk layanan backhaul atau layanan yang menghubungkan antara satu titik dengan titik lainnya yang sulit dijangkau serat optik. 

Kerja sama kemudian diperluas pada 2024 dengan pola kerja sama jual kembali layanan, yang membuat Telkomsat dapat menjual layanan Starlink kepada pasar enterprise. Di Indonesia, Starlink hanya bekerja sama dengan Telkomsat untuk reseller ini. 

Namun demikian, pelanggan enterprise dapat memesan layanan internet satelit langsung kepada Starlink atau kepada Telkomsat. Adapun jika pelanggan memesan layanan Starlink lewat Telkomsat, kata Fino, pelanggan enterprise mendapatkan beberapa jasa tambahan. 

“Misalnya Instalasi perangkat dan layanan opsional helpdesk 24/7,” kata Fino kepada Bisnis, Selasa (28/5/2024). 

Untuk diketahui, salah satu yang menjadi perhatian banyak pihak terkait kedatangan Starlink adalah perihal kekosong layanan purnajual seperti call center dan bagian pengaduan. Hal itu sulit diberikan Starlink karena mereka belum memiliki kantor di Indonesia sejauh ini. 

Dengan kerja sama yang terjalin, Telkomsat nantinya bisa berperan sebagai perusahaan yang menawarkan layanan prajual dan purnajual kepada pelanggan. 

Fino menambahkan hadirnya Starlink juga tidak menghentikan langkah perusahaan untuk berinvestasi di satelit GEO. 

Satelit Geostationer adalah satelit yang mengorbit di ketinggian di atas 35.000 kilometer. Berbeda dengan LEO starlink yang hanya berada di ketinggian maksimal 2.000 kilometer. 

“⁠ Satelit HTS GEO (eksisting) memliki keunggulan dari sisi ketahanan terhadap cuaca, security dan kedaulatan data nasional, serta jaminan kualitas layanan 24/7,” kata Fino. 

Diketahui, pada 21 Februari 2024, Satelit HTS Merah Putih-2 PT Telekomunikasi Satelit Indonesia (Telkomsat) berhasil mengorbit dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. 

Merah Putih-2 mengorbit menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa Elon Musk. Satelit khusus internet ini bakal menyuntikan layanan data ke seluruh Indonesia. 

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan Satelit Merah Putih 2 membawa transponder aktif yang terdiri dari frekuensi C-band dan Ku-band, yang akan menjangkau seluruh area Indonesia. Sebelumnya Telkom telah meluncurkan Satelit Merah Putih pada tahun 2018 dengan penempatan pada slot orbit 108 BT.

Ririek menuturkan Satelit Merah Putih 2 menjadi harapan sekaligus wujud komitmen Telkom untuk mendukung pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia, melengkapi infrastruktur darat dan laut yang kami miliki.

"Telkom meyakini dengan adanya pemerataan akses informasi ini diharapkan dapat mengakselerasi digitalisasi masyarakat di berbagai aspek,” kata Ririek, dikutip Rabu (21/2/2024). 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper