Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat telekomunikasi menilai masuknya satelit internet Starlink milik Elon Musk ke Indonesia tidak serta-merta membuat kecepatan internet bakal melaju kencang alias ngegas.
Merujuk laporan Speedtest Global Index dari Ookla periode Februari 2024, kecepatan unduh (download) pada internet mobile di Indonesia hanya 25,39 Mbps. Sementara itu, kecepatan upload pada internet mobile sebesar 12,81 Mbps.
Sementara itu, untuk fixed broadband, kecepatan download di Indonesia sebesar 29,62 Mbps dan kecepatan upload sebesar 18,25 Mbps pada Februari 2024.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menuturkan bahwa peningkatan layanan internet Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan satelit Starlink.
Terlebih, kecepatan internet di Indonesia memang masih kurang dibandingkan kawasan Asia Tenggara. Heru mengatakan perlu ada upaya besar untuk meningkatkan kecepatan internet di Indonesia, terutama dengan penyediaan jaringan super highway backbone nasional hingga ke jaringan akses.
“Peningkatan broadband Indonesia itu tidak bisa menyandarkan pada Starlink yang di banyak negara sudah pada komplain kecepatannya yang kian turun karena pengguna bertambah,” kata Heru kepada Bisnis, Senin (15/4/2024).
Menurut Heru, tetap harus ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet secara lebih terstruktur, sistematis, masif, dan merata ke seluruh Indonesia.
“Kalau Starlink kan jualan produk bukan sebagai agent of development internet Indonesia,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward, mengungkap bahwa kecepatan internet di Indonesia saat ini berada pada sekitar di atas 10 Mbps dan diharapkan dapat melaju minimal 30–100 Mbps per pelanggan sharing.
“Dengan Starlink tentu akan ditawarkan model asimetrik download akan lebih besar dibandingkan upload, download diharapkan berada pada lebih besar sama dengan 30 Mbps dan upload lebih besar sama dengan 5 atau 10 Mbps,” ujar Ian kepada Bisnis.
Ian menambahkan bahwa jika melihat kebutuhan bandwidth internet akan diserap terutama yang menggunakan satelit. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan.
Pasalnya, dia menjelaskan bahwa backbone komunikasi tercepat dan termurah saat ini masih dengan satelit. Sehingga, menurut Ian, kehadiran Starlink akan mengisi celah ini.
“Diharapkan spot beam-nya [Starlink] dapat menjangkau semua wilayah Indonesia,” pungkasnya.
Jika merujuk laman resmi Starlink, akan tersaji peta ketersediaan satelit milik Elon Musk. Apabila mengetuk wilayah Indonesia, maka akan muncul bahwa layanan Starlink segera hadir mulai 2024.
Layanan Starlink menawarkan internet berkecepatan tinggi dengan kuota tanpa batas senilai Rp750.000 per bulan. Namun, harga ini belum termasuk perangkat.
Starlink diklaim dapat terhubung mulai dari rumah (residensial), perairan (kapal), hingga lokasi terpencil. Satelit ini juga dirancang untuk tahan dalam berbagai kondisi, perangkat ini dapat mencairkan salju dan tahan hujan es, hujan lebat, serta angin kencang yang ekstrem.
Sebelum berlangganan, calon pengguna harus membeli perangkat keras Starlink terlebih dahulu. Harganya dibanderol Rp7,8 juta.
Rinciannya, calon pengguna harus membayar jaminan deposit senilai Rp750.000, paket layanan standar senilai Rp750.000 per bulan, perangkat keras Rp7,8 juta, pengiriman dan penanganan Rp345.000, dan biaya jatuh tempo Rp750.000.
Untuk memikat hati calon pelanggan, Elon Musk juga menawarkan masa uji coba Starlink selama 30 hari.
“Jika tidak luas, Anda bisa mendapatkan pengembalian dana penuh,” tulis laman resmi Starlink.