SpaceX Starlink Jadi Alternatif Jaringan Backhaul di RI, Seberapa Hebat?

Rika Anggraeni
Senin, 15 April 2024 | 12:20 WIB
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa satelit orbit rendah Starlink tengah mengurus izin di Indonesia.

Satelit milik Elon Musk itu akan memiliki izin VSAT untuk backhaul dan izin penyedia jasa internet (ISP) untuk akses. Lalu, apa itu backhaul di telekomunikasi?

Dikutip dari berbagai sumber, Sabtu (13/4/2024), backhaul merupakan infrastruktur telekomunikasi yang membuat akses komunikasi data seseorang menjadi lebih cepat. Artinya, tanpa kehadiran backhaul atau jaringan pengalur, masyarakat di suatu lokasi tidak akan mendapat akses internet. 

Jaringan backhaul bertanggung jawab untuk mengirimkan data dari satu jaringan ke jaringan lain untuk memungkinkan terjadinya komunikasi.

Backhaul akan menghubungkan lokasi-lokasi remote kepada suatu central hub dan menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengirim data dan informasi melalui jaringan.

Perlu diketahui, perencanaan jaringan backhaul mempertimbangkan beberapa kriteria. Namun hal yang terpenting adalah kecepatan transfer data yang diinginkan alias bandwidth. Serta, lamanya waktu yang diperlukan data untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain (latensi).

Dengan demikian, backhaul digunakan untuk mengangkut data antara stasiun pangkalan (server/data center) dan perangkat seluler. Jaringan ini berdampak pada interupsi, keandalan, fleksibilitas, dan kecepatan.

Jaringan backhaul sendiri terdiri dari beberapa tipe. Berikut adalah beberapa jenis backhaul yang dikutip dari SpiceWorks pada Sabtu (13/4/2024):

1. Backhaul kabel

Jenis ini berupa data ditransmisikan melalui jalur kabel dalam jenis backhaul ini. Sebagian besar aktivitas backhaul dilakukan melalui koneksi kabel. Biasanya, melalui jaringan serat optik, tetapi juga melalui jalur T-1 berbasis tembaga yang lebih tua dalam kasus tertentu. Dalam hal transmisi lalu lintas suara, video, dan data, sistem serat optik lebih disukai daripada tembaga dalam hal kecepatan, latensi, dan kapasitas.

Di Indonesia, beberapa perusahaan telekomunikasi seperti LinkNet, Moratelindo, dan Telkom menyewakan serat optik untuk backhaul ISP sehingga mereka dapat memberikan internet ke suatu titik.  

Ilustrasi kabel serat optik
Ilustrasi kabel serat optik

2. Backhaul nirkabel

Selanjutnya, ada backhaul nirkabel atau backhaul nirkabel tetap. Maksudnya, berupa transmisi audio, video, serta lalu lintas data dilakukan melalui koneksi gelombang mikro (microwave) yang diaktifkan oleh spektrum nirkabel.

Lokasi seluler di lokasi pedesaan, terpencil, dan sulit dijangkau memerlukan bandwidth yang lebih sedikit, maka backhaul nirkabel yang didasarkan pada teknologi gelombang mikro terutama difokuskan untuk menjangkau lokasi-lokasi tersebut. 

Hal ini karena teknologi gelombang mikro tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas data di wilayah perkotaan atau pinggiran kota yang padat penduduk. Berbeda dengan kabel yang sifatnya tanpa batas atau unlimited. Backhaul nirkabel digunakan oleh operator seluler seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata dan Smartfren. 

Teknisi memperbaiki BTS sebagai backhaul nirkabel
Teknisi memperbaiki BTS sebagai backhaul nirkabel


3. Backhaul satelit

Umumnya, jenis backhaul satelit digunakan di pasar negara berkembang serta pasar yang sudah matang dengan tujuan memainkan fungsi yang saling melengkapi. Umumnya, teknologi ini memiliki kapasitas downlink sebesar 150 Mbps dan juga kapasitas uplink sebesar 10 Mbps. Namun, terdapat masalah dengan latensi karena satelit geostasioner mengalami penundaan sekitar 500–600 milidetik untuk satu kali perjalanan pulang pergi. Saat ini, backhaul satelit tidak hanya disediakan oleh geostasioner, juga satelit LEO seperti OneWeb dan Starlink. 

Mengutip dari blinqbliq, Starlink jauh lebih lambat dibandingkan koneksi fiber biasa. Koneksi serat optik yang khas dapat memberikan kecepatan unduh yang sangat stabil hingga 5 Gbps.  Sedangkan Starlink hanya bisa mencapai 500 Mbps dalam kondisi yang sangat menguntungkan. Namun, dibandingkan dengan penyedia Internet satelit pesaing seperti GEO, Starlink menawarkan akses Internet yang jauh lebih cepat, terutama karena satelitnya lebih dekat  dengan permukaan bumi.  

Dengan paket kecepatan unduh berkisar antara 50 hingga 500 Mbps dan kecepatan unggah dari 10 hingga 20 Mbps, Starlink telah mengukir jalan kecil bagi pengguna internet di daerah terpencil. Latensinya juga tidak buruk, antara 25 dan 50 milidetik, yang membuatnya berada dalam kisaran kecepatan dan latensi yang Anda harapkan dari koneksi internet kabel tembaga pada umumnya.  

Starlink juga tidak memiliki batasan data dan menawarkan data tak terbatas untuk sementara waktu, hingga memberlakukan batasan 1 TB pada semua paketnya karena penggunaan wajar. 

Sementara dalam kerja sama dengan Telkomsat untuk segmen B2B, berdasarkan data yang diterima Bisnis, diketahui bahwa kerja sama mencangkup pemanfaatan lisensi, PoP, gateway, backbone (jaringan tulang punggung), dan pengelolaan perangkat remote, serta aspek komersial.

Lebih lanjut, dari sisi layanan Starlink untuk pasar ritel dan korporasi memiliki karakteristik yang berbeda.

Kerja starlink dan Telkomsat
Kerja starlink dan Telkomsat

Layanan ritel tidak memiliki garansi throughput (best effort service). Layanan yang diberikan berupa performa standar, antena yang lebih kecil, dan kecepatan maksimal 250 Mbps, serta hanya tersedia konten layanan akses internet.

Sedangkan layanan korporasi memiliki garansi throughput minimal, high performance, antena yang lebih lebar dan kecepatan sampai dengan 500 Mbps. Layanan korporasi dapat diisi dengan konten sebagai link atau sebagai backhaul akses internet.

Dari sisi perangkat penangkap sinyal antara pasar korporasi dan pasar ritel berbeda.

Terminal antena penangkapan sinyal untuk korporasi memiliki performa yang mumpuni dengan tinggi antena mencapai 575 mm dan lebar 511 mm. Sementara itu untuk pasar ritel performanya standar dengan tinggi antena 513 mm dan lebar 303 mm.

Kemudian untuk pemanfaatan Starlink, pasar ritel cenderung menggunakan untuk layanan internet standard yang dapat dibagi ke sekitar 10 perangkat, sementara itu pasar korporasi akan menggunakan untuk jaringan privat, untuk ratusan perangkat sekaligus.

4. Backhaul WiFi

Backhaul Wi-Fi menawarkan metode koneksi alternatif kepada pelanggan yang berada di luar rumah. Singkatnya, hal ini memungkinkan layanan nirkabel disediakan di lokasi yang tidak berada dalam area layanan penyedia nirkabel.

Backhaul Wi-Fi menjadi solusi yang bisa digunakan di lokasi di mana konektivitas dark fiber atau gelombang mikro konvensional tidak tersedia atau terlalu mahal untuk disediakan.

Secara peran, hampir sama dengan nirkabel. Hanya saja secara kapasitas lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper