Starlink Matikan Layanan Roaming di Zimbabwe, Ketahuan Jualan Secara Ilegal

Rika Anggraeni
Minggu, 14 April 2024 | 23:56 WIB
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — SpaceX memberitahu pengguna di Zimbabwe bahwa mereka akan menonaktifkan layanan roaming starlink berdasarkan permintaan dari Otoritas Pengatur Pos dan Telekomunikasi Zimbabwe (Potraz). Starlink belum punya izin saat memasarkan roaming di pasar Zimbabwe.

Dilansir dari MyBroadband, Minggu (14/4/2024), pemberitahuan tersebut dibagikan Starlink ke email yang menjelaskan bahwa Zimbabwe dianggap sebagai wilayah yang tidak sah untuk layanan Starlink milik Elon Musk. Akibatnya, Starlink telah diarahkan oleh Potraz untuk menonaktifkan layanan.

“Kami akan terus bekerja sama dengan Potraz untuk mendapatkan persetujuan peraturan yang diperlukan untuk mengaktifkan layanan Starlink di Zimbabwe sesegera mungkin,” kata email tersebut.

Starlink mengatakan bahwa Ketentuan Layanan (Term of Service) tidak menjamin kapan atau di mana paket Layanan Seluler atau Prioritas Selulernya akan tersedia. Layanan roaming dianggap sebagai opsi seluler.

“Penggunaan layanan tersebut bergantung pada banyak faktor, termasuk memperoleh atau mempertahankan persetujuan peraturan yang diperlukan yang dapat berubah sewaktu-waktu,” ungkap Starlink.

Lebih lanjut, Starlink menyampaikan bahwa pengguna memiliki opsi untuk menjeda layanan mereka.

Namun, Starlink juga mendorong pengguna untuk menghubungi Potraz melalui [email protected] atau +263 242 333032 untuk menyampaikan dukungan bagi Starlink guna mendapatkan persetujuan peraturan yang diperlukan di Zimbabwe.

“Segera setelah kami menerima persetujuan peraturan untuk mengaktifkan layanan Starlink di Zimbabwe, kami akan memberi tahu Anda,” tambah Starlink.

Dalam pemberitahuan itu pula Starlink menyampaikan bahwa pihaknya kemungkinan besar tidak ingin membahayakan proses persetujuan yang sedang berlangsung dengan Potraz, karena peta cakupannya menunjukkan niat yang jelas untuk diluncurkan di Zimbabwe pada kuartal III/2024.

“Jika Anda memilih untuk menjeda layanan, Anda dapat menghubungi dukungan dan kami akan mengeluarkan kredit layanan untuk sisa periode penagihan saat ini,” tambahnya.

Tindakan ini dilakukan setelah Potraz memperingatkan pengguna layanan tersebut bahwa layanan tersebut ilegal dan polisi akan melakukan penggerebekan di lokasi yang diduga menggunakan terminal tersebut.

Pada saat diberikan peringatan, mereka diduga telah menangkap dua orang. Sebagai tanggapan, beberapa pengguna Starlink menyamarkan peralatan mereka sebagai panel surya atau memasangnya di belakang lampu jalan untuk menghindari deteksi.

Sekadar informasi, Zimbabwe setidaknya menjadi negara Afrika kedua di mana Starlink memutus layanan roaming setelah ada permintaan dari pemerintah.

Bulan lalu, Starlink melakukan hal yang sama di Republik Demokratik Kongo (DRC), dengan pemberitahuan yang hampir sama dikirimkan ke pelanggan di negara tersebut. Peta cakupan Starlink menunjukkan rencananya untuk diluncurkan di Kongo pada 2025.

Banyak negara Afrika lainnya, termasuk Botswana telah melarang iklan layanan Starlink, dan regulator mereka memperingatkan bahwa layanan tersebut tidak diizinkan untuk beroperasi secara lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper