Arkeolog Jepang Ungkap Kisah Tragis di Balik Prasasti Berusia 3.300 Tahun

Rahmad Fauzan
Selasa, 12 Maret 2024 | 17:21 WIB
Ilustrasi prasasti kuno berusia lebih dari 200o tahun/reuters
Ilustrasi prasasti kuno berusia lebih dari 200o tahun/reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah diteliti selama 1 tahun, para arkeolog akhirnya mengetahui bahwa lempengan tanah liat berusia 3.300 tahun yang ditemukan di Turki tahun lalu merupakan saksi bisu invasi tragis di Kerajaan Hittite pada pengujung Zaman Perunggu.

Lempengan seukuran telapak tangan itu ditemukan pada Mei 2023 oleh arkeolog Japanese Institute of Anatolian Archeology, Kimiyoshi Matsumura, di reruntuhan salah satu kota besar Kerajaan Hittite bernama Büklükale, sekitar 60 km dari ibukota Turki, Ankara.

Kerajaan Hittite pertama kali didirikan di pusat Anatolia – sekarang Turki – sekitar 2100 sebelum masehi. Pada 1450 sebelum masehi, Hittites menjelma sebagai kekuatan regional yang besar dan juga tercatat di dalam Bible Ibrani serta prasasti Mesir Kuno.

Menurut terjemahan lektor kepala bidang bahasa kuno Timur Tengah Universitas College London, Mark Weeden, tulisan di 6 baris pertama lempengan Hittite menjelaskan situasi di 4 kota, salah satunya Hattusa, yang sedang dalam marabahaya. 

Di tengah kondisi yang mencekam dan keputusasaan tersebut, masyarakat di sana memanjatkan doa meminta keajaiban dan kemenangan agar mereka selamat. 

“Sementara 64 baris sisanya merupakan doa dalam Bahasa Hurrian yang memohon kemenangan,” terjemah Weeden, dikutip Bisnis.com dari LiveScience, Selasa (12/3/2024).

Arkeolog Japanese Institute of Anatolian Archeology Matsumura menjelaskan Hurrian merupakan bahasa yang digunakan masyarakat Hittites dalam acara keagamaan.

Aslinya, bahasa Hurrian berasal dari wilayah Mitanni yang notabene merupakan wilayah bawahan Kerajaan Hittite. Matsumura mengatakan bahasa ini masih kurang dipahami dan para ahli menghabiskan sekian bulan untuk memelajari arti dari prasasti lempengan tersebut.

Setelah diteliti, tulisan di lempengan suci Kerajaan Hittite itu ternyata berisi lafal doa untuk Dewa Badai Bangsa Hittite bernama Teššob atau Teshub.

Isinya berupa doa pujian terhadap dewa dan pendahulunya serta berulang kali menyinggung masalah komunikasi antara para dewa dan manusia.

“Doa tersebut juga mencantumkan beberapa individu yang tampaknya merupakan raja-raja musuh, dan diakhiri dengan permohonan nasihat dari tuhan,” kata Matsumura.

Adapun kerajaan Hittite lenyap dari sejarah pada awal abad ke-12 sebelum masehi, bertepatan dengan runtuhnya Zaman Perunggu Akhir, ketika banyak peradaban kuno di sekitar Mediterania diguncang oleh kerusuhan.

Alasan keruntuhannya tidak diketahui, namun mungkin termasuk kelaparan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Sekadar informasi, Matsumura dan rekannya telah menggali reruntuhan di Büklükale sekitar 15 tahun. Sebelumnya, mereka hanya menemukan pecahan lempengan tanah liat yang sudah sangat rusak. Namun, lempengan yang ditemukan tahun lalu ini kondisinya disebut hampir sempurna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper