Bisnis.com, JAKARTA - Satelit Merah Putih-2 PT Telekomunikasi Satelit Indonesia (Telkomsat) berhasil mengorbit dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pukul 0300 WIB, Rabu (21/2/2024). Satelit ke-11 milik anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. itu menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dan akan menempati slot orbit 113 derajat Bujur Timur (113 BT).
Merah Putih-2 mengorbit menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa Elon Musk. Satelit khusus internet ini bakal menyuntikan layanan data ke seluruh Indonesia.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan Satelit Merah Putih 2 membawa transponder aktif yang terdiri dari frekuensi C-band dan Ku-band, yang akan menjangkau seluruh area Indonesia. Sebelumnya Telkom telah meluncurkan Satelit Merah Putih pada tahun 2018 dengan penempatan pada slot orbit 108 BT.
Ririek menuturkan Satelit Merah Putih 2 menjadi harapan sekaligus wujud komitmen Telkom untuk mendukung pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia, melengkapi infrastruktur darat dan laut yang kami miliki.
"Telkom meyakini dengan adanya pemerataan akses informasi ini diharapkan dapat mengakselerasi digitalisasi masyarakat di berbagai aspek,” kata Ririek, dikutip Rabu (21/2/2024).
Satelit Merah Putih-2 merupakan jenis satelit GEO. Merujuk pada laporan dgtlinfra, satelit GEO adalah satelit yang terbang dengan ketinggian 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.
Karena letaknya yang tinggi, latensi untuk pelayanannya pun tinggi diperkirakan sekitar 700 milidetik. Adapun kelebihannya yaitu cakupan yang luas. Hanya butuh 3 satelit GEO untuk mencakup 99% dunia.
“Tak hanya membawa misi untuk konektivitas bangsa dan membawa nama baik Indonesia, semoga keberadaan Satelit Merah Putih 2 dapat memperkuat Telkomsat dan TelkomGroup menjadi pemain besar industri satelit di Indonesia,” kata Ririek.
Sementara itu Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd. Rauf mengatakan bahwa Satelit Merah Putih 2 mengandalkan platform Spacebus 4000B2 dengan usia desain 15 tahun.
Pembangunannya sendiri melibatkan Thales Alenia Space yang bertanggung jawab dalam hal pabrikasi pembuatan satelit dan SpaceX sebagai perusahaan penyedia jasa peluncuran satelit.
Kedua perusahaan tersebut merupakan pemain besar di sektornya dan sudah berpengalaman dengan proyek satelit Telkom sebelumnya.
“Proses pemilihan mitra dan pengadaan satelit tersebut telah dilakukan sesuai dengan asas kepatuhan (compliance) dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu dari aspek bisnis, proses pemilihan mitra juga telah mempertimbangkan biaya per Gbps yang paling rendah sehingga menghasilkan satelit dengan kapasitas lebih besar dengan harga jual yang kompetitif,” tambah Lukman.
Meski Satelit Merah Putih 2 belum diluncurkan, potensi bisnis backhaul yang menjadi sasaran satelit ini terproyeksi sangat positif. Hal ini terlihat dari antusiasme calon pelanggan korporat maupun operator VSAT yang ingin menggunakan layanan satelit tersebut.