Ini Orang Kaya AS yang Bakal Danai Misi NASA Kembali ke Bulan

Mutiara Nabila
Kamis, 15 Februari 2024 | 22:08 WIB
Pesawat dengan nama Origins NASA, Spectral Interpretation, Resource Identification, Security Regolith Explorer (OSIRIS-REx)./Istimewa
Pesawat dengan nama Origins NASA, Spectral Interpretation, Resource Identification, Security Regolith Explorer (OSIRIS-REx)./Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA), lembaga independen pemerintah federal AS, tengah dalam misinya untuk kembali mendarat di bulan. Misi ini bakal mendapatkan pendanaan dari sejumlah miliarder AS. 

Intuitive Machines yang berbasis di Houston salah satunya, berharap dapat menjadi perusahaan swasta pertama yang mendarat di permukaan bulan pada Februari ini. 

Perusahaan tersebut adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang didukung oleh miliarder yang dikerahkan NASA untuk membuka kunci jalan ke bulan, menekan biaya yang harus dikerahkan NASA, dan menumbuhkan ekonomi ruang angkasa seiring dengan rencananya mengembangkan misi ke bulan, Mars, dan sekitarnya.

Melansir Forbes, dalam rencana ke bulan, NASA bekerja sama dengan 14 perusahaan Amerika untuk membantu mengirimkan instrumen dan teknologi ilmiah ke permukaan bulan sebagai bagian dari program Artemis untuk mengirim manusia kembali ke bulan.

Sembilan perusahaan pertama bergabung dengan skema Commercial Lunar Payload Services (CLPS) NASA pada 2018, termasuk Astrobotic Technology yang berbasis di Pittsburgh, yang misi Peregrine-nya menandai peluncuran pertama dan kegagalan pertama program tersebut, setelah kebocoran bahan bakar memupus harapan akan pendaratan di bulan dan pesawat itu jatuh kembali ke bumi.

Peluncuran skema berikutnya pada 15 Februari dipimpin oleh Intuitive Machines dari Houston, sebuah perusahaan yang didirikan bersama oleh Kamal “Kam” Ghaffarian, yang mengetuai dewan direksi dan memiliki kekayaan sekitar US$2,3 miliar. Kekayaannya dihasilkan oleh usaha terkait ruang angkasa. 

Selain itu, pasangan miliarder Eren dan Fatih Ozmen, yang masing-masing memiliki kekayaan US$3,4 miliar dan US$3,3 miliar, mendirikan dan kini memimpin Sierra Nevada Corporation, satu dari lima perusahaan yang ditambahkan ke skema ini pada 2019, namun Sierra belum mendapatkan kontrak CLPS.

SpaceX milik orang terkaya di dunia, Elon Musk, juga bergabung pada 2019 dan belum mendapatkan kontrak berdasarkan CLPS, meskipun perusahaan tersebut telah menandatangani kesepakatan berharga dengan NASA dan teknologi roketnya yang dapat digunakan kembali digunakan untuk meluncurkan misi CLPS lainnya seperti IM-1 milik Intuitive.

Kemudian, Pendiri Amazon Jeff Bezos, melalui perusahaan luar angkasanya Blue Origin, juga bergabung dengan program ini pada 2019 dan perusahaan tersebut masih mengejar SpaceX dan serupa dengan perusahaan Musk. 

Blue Origin belum mendapatkan kontrak CLPS tetapi memiliki kontrak yang menguntungkan dengan NASA untuk program kerja lainnya.

Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam CLPS semuanya dapat mengajukan penawaran untuk kontrak NASA dan sejauh ini badan tersebut telah memberikan 10 perusahaan untuk mengirimkan material ke bulan.  

Sebelumnya, dua kontrak telah diberikan kepada Astrobotic dan tiga kepada Intuitive, yang misinya diharapkan berlangsung pada 2024. 

Firefly Aerospace yang berbasis di Texas juga telah mendapatkan dua kontrak pengiriman dan dijadwalkan untuk meluncurkan misi bulan pertama dari dua misi bulan pada 2024, yang diharapkan dapat mendaratkan pendarat Blue Ghost di cekungan Mare Crisium di bulan.  

Blue Ghost Mission 2 dijadwalkan pada 2026 dan akan mengirimkan muatan NASA ke sisi jauh bulan, serta mengirimkan satelit komunikasi ke orbit bulan. 

Selain itu, Draper yang berbasis di Massachusetts juga akan terbang ke sisi jauh bulan dan dijadwalkan mendarat di Cekungan Schrödinger pada 2025. 

Adapun, terdapat dua misi CLPS yang dibatalkan setelah NASA memberikan kontrak. Salah satu misi gagal itu adalah dari perusahaan Masten Space Systems, yang sempat berjuang untuk memenuhi anggaran untuk proyek tersebut, yang akhirnya bangkrut dan menyatakan kebangkrutan.  

Orbit Beyond yang berbasis di New Jersey juga mendapatkan kontrak CLPS tetapi NASA mengakhiri kesepakatan tersebut setelah perusahaan tersebut mengatakan tidak dapat memenuhi tenggat waktu untuk misi tersebut. 

Perusahaan masih dapat mengajukan penawaran untuk pekerjaan di masa depan di bawah program ini, yang juga mencakup raksasa industri Lockheed Martin Space, Ceres Robotics, Deep Space Systems, dan Tyvak Nano-Satellite Systems.

Diketahui, nilai maksimum kontrak CLPS NASA hingga 2028 mencapai US$2,6 miliar. NASA mengatakan pihaknya mendorong perusahaan untuk “menerbangkan muatan komersial” selain yang telah dikontraknya.  

Selain perlengkapan NASA, Astrobotic membawa sisa-sisa manusia dan DNA dalam misinya dan pendarat Odysseus milik Intuitive akan membawa serangkaian patung karya seniman Jeff Koons, bagian dari proyek kripto NFT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper