Pemanfaatan Starlink oleh Telkom untuk Layani Pelanggan Telkomsel

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 2 Februari 2024 | 15:18 WIB
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Satelit SpaceX meluncurkan 12 Starlink dari Florida, Amerika Serikat/dok. Tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menjelaskan pemanfaatan satelit orbit rendah (LEO) Starlink oleh PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) bertujuan untuk melayani pelanggan Telkomsel

Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Ditjen PP Indra Maulana mengatakan saat ini Starlink membantu Telkomsat memberikan layanan ke pelanggan Telkomsel.

Telkomsat menerima akses internet dari Starlink yang kemudian dijual kembali secara ritel kepada konsumen. Total kapasitas yang dimanfaatkan oleh Telkomsat dari Starlink adalah 180 Gbps.

“Jadi secara hubungan bisnis ada kebutuhan antara Telkomsat dengan Starlink. Tetapi Starlinknya ini dalam konteks kerja sama. Sementara itu yang tidak boleh adalah kalau Starlink menjual langsung kepada ritel, menjual perangkatnya langsung,” kata Indra kepada Bisnis, Jumat (1/2/2024). 

Layanan Starlink yang digunakan oleh Telkomsat (paling kanan)
Layanan Starlink yang digunakan oleh Telkomsat (paling kanan)

Dia mengatakan Kemenkominfo akan memberikan perlakuan yang sama kepada Starlink selama mereka memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia. 

Saat Starlink beroperasi di Indonesia, mereka harus membuat badan hukum Indonesia. Ketika mereka sudah berbentuk badan hukum Indonesia, maka mereka akan terikat dengan segala aturan seperti penyelenggara telekomunikasi yang lain.

Dia mengatakan penyelenggara operator telekomunikasi yang ada di Indonesia pun juga tidak selalu itu murni Indonesia, ada juga kepemilikan asing di sana. Kemenkominfo ingin starlink juga mematuhi aturan kepemilikan asing yang ada yang berlaku di Indonesia, meskipun mereka terhubung terafiliasi dengan starlink global. 

“Salah satu di aturan komunikasi untuk kita menjaga persaingan yang sehat itu adalah cost base, tarif itu harus cost base (berbasis ongkos). Dia tidak boleh predatory pricing, artinya dia jual murah di sini membakar duit biar pelanggannya banyak akhirnya merugikan operator yang lain, itu akan kita pantau, akan kita larang kalau sampai terjadi seperti itu,” kata Indra.

Sebelumnya, Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kemenkominfo Sri Sanggrama Aradea menjelaskan, jumlah satelit LEO yang banyak membuat sistem dan keamanan data antar satelit menjadi sedikit terganggu.

Dia berharap ada keterbukaan data agar layanan Starlink tidak mengganggu satelit GEO milik Bakti. 

Sebagai informasi, cara kerja satelit LEO sangat berbeda dengan satelit yang ada selama ini, seperti Satria-1 yang termasuk satelit geostasioner.

Jika satelit geo hanya membutuhkan satu satelit untuk satu kawasan tertentu, satelit LEO cenderung bergerak terus menerus mengitari orbit yang ditentukan. Adapun dalam satu waktu, bisa ada puluhan satelit yang berada di atas suatu negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper