Kemenkominfo Minta Telkom (TLKM) Transparansi Data Keamanan Starlink

Crysania Suhartanto
Rabu, 31 Januari 2024 | 08:45 WIB
Logo Starlink pada salah satu satelit orbit rendah/dok. tangkapan layar SpaceX
Logo Starlink pada salah satu satelit orbit rendah/dok. tangkapan layar SpaceX
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) minta perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan low orbit satelit (LEO) internasional harus benar-benar mengetahui sistem dan keamanan dari perusahaan tersebut.

Hal inipun berlaku kepada PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yang bekerja sama dengan Starlink, PT Dwi Tunggal Putra (DTP) yang bekerja sama dengan BuanterOne, ataupun perusahaan lainnya yang akan menggandeng perusahaan LEO.

Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kemenkominfo Sri Sanggrama Aradea menjelaskan, jumlah satelit LEO yang banyak membuat sistem dan keamanan data antar satelit menjadi sedikit diragukan.

“Kalau memang LEO mau digunakan dengan baik, harus transparan dan harus adil. Kalau kalian mau masuk sini buka dong semua [datanya],” ujar Aradea kepada wartawan di acara Diskusi Awal Tahun Indotelko Forum, Selasa (30/1/2024).

Sebagai informasi, cara kerja satelit LEO sangat berbeda dengan satelit yang ada selama ini, seperti Satria-1 yang termasuk satelit geostasioner.

Jika satelit geo hanya membutuhkan satu satelit untuk satu kawasan tertentu, satelit LEO cenderung bergerak terus menerus mengitari orbit yang ditentukan. Adapun dalam satu waktu, bisa ada puluhan satelit yang berada di atas suatu negara.

Oleh karena itu, Aradea mengaku cukup skeptis akan nasib data-data yang tidak sempat ditangkap oleh sebuah satelit karena pergerakan tersebut.

“Itu data kalau antar satelit [tidak tertangkap] jatuh ke mana, sudah tidak ada yang tahu. Itu yang menjadi permasalahan dari LEO ya,” ujar Aradea.

Lebih lanjut, Aradea mengatakan jika memang perusahaan LEO ingin masuk ke Indonesia, mereka juga harus mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia.

Aradea mengaku di Indonesia ada sejumlah regulasi yang harus dipatuhi, mulai dari hak labuh, biaya frekuensi, ataupun kerja sama dengan operator lokal.

Senada, Kelompok Keahlian Telekomunikasi Ridwan Effendy mengatakan regulasi ini juga yang akan menjaga keberlangsungan hidup dari operator-operator seluler yang terancam bisnisnya karena LEO.

“Karena itu peran negara menjadi penting agar bisnis kita ini masih bisa berjalan,” ujar Ridwan pada kesempatan tersebut.

Sebagai informasi, saat ini sudah ada dua operator LEO yang masuk ke Indonesia. Pertama, satelit LEO Starlink dari SpaceX milik Elon Musk yang bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM).

Kemudian, OneWeb yang bekerja sama dengan PT Dwi Tunggal Putra (DTP) dengan meluncurkan BuanterOne.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper