Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan sistem komunikasi kabel laut (SKKL) antarnegara dihadapkan pada sejumlah tantangan, yang membuat penggelaran jaringan tulang punggung tersebut berpotensi molor. Dalam kasus SKKL Echo, XL menyebut infrastruktur telah selesai, tetapi komersialisasi memang baru dimulai pada 2025.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan pembangunan infrastruktur memerlukan izin yang sangat ketat. Bahkan Heru mengatakan, untuk survei lapangan saja memerlukan pengawalan dari TNI Angkatan Laut.
“Sekarang perizinan benar-benar dipelototi jalurnya, posisi cable landing station, harus dapat security clearance, dan lain-lain, sehingga jauh lebih lama dibanding sebelumnya,” ujar Heru kepada Bisnis, Rabu (24/1/2024).
Selain itu, Heru mengatakan setelah selesai masalah perizinan, vendor pembangunan akan menemukan kendala yang lebih besar saat membangun jaringan.
Menurut Heru, pembangunan harus benar-benar persis sesuai dengan jalur yang direncanakan. Jika ada penyimpangan wilayah saat membangun jalur ini, vendor dan perusahaan terkait akan terkena sanksi.
“Dalam penggelaran jaringan, ini juga dilakukan menghadapi tantangan di laut, harus sesuai jalur yang direncanakan, menyimpang sedikit saja akan kena sanksi,” ujar Heru.
Sementara itu, Ketua Pusat Studi Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef Matheus mengatakan pembangunan SKKL kerap memakan waktu karena pembangunan infrastruktur melibatkan banyak negara.
“Biasanya kendala alam atapun perubahan penjadwalan, yang bukan hanya pembangunan untuk Indonesia,” ujar Ian.
Sebagai informasi, sebelumnya SKKL Echo buatan Google yang akan menghubungkan Amerika Serikat, Guam, Jakarta, dan Singapura ditargetkan rampung pada semester II/2023.
Namun, target penyelesaian megaproyek baru-baru ini diundur menjadi 2024-2025. XL Axiata beralasan bahwa 2025 adalah waktu untuk komersial. Secara infrastruktur SKKL tersebut sudah ada.
Lebih lanjut, Ian mengatakan penyebab keterlambatan ini juga dapat disebabkan oleh adanya masalah finansial, geopolitik, dan adanya pesaing lain.
Sebagaimana diketahui, saat ini suku bunga sedang tinggi. Kemudian, kondisi perekonomian global yang tidak menentu akibat perang Rusia-Ukraina juga berpotensi memicu resesi dunia dan akibatnya membuat biaya penggelaran SKKL Echo membengkak.
Diketahui, sejumlah komponen dalam penggelaran SKKL ini menggunakan kurs luar negeri.
Lebih lanjut, Ian mengatakan keterlambatan ini akan berpengaruh pada perlambatan penyediaan internet internasional yang lebih cepat dan murah.
Menurutnya, keberadaan SKKL ini akan membuat ketersediaan dan keandalan internet internasional akan menjadi lebih baik karena adanya alternatif jalur pertukaran data yang lebih banyak.
“Kecepatan meningkat, karena jalur yang khususnya menggunakan SKKL Echo, kontennya akan diakses lebih singkat (routingnya lebih pendek, misal konten yang berada di Amerika, pemindahan data dari luar lebih cepat), dan akan berdampak biaya link yang lebih murah,” ujar Ian.