Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di bidang teknologi finansial melakukan perampingan dan mengurangi beban pegawai yang dimiliki seiring dengan seretnya pendanaan yang masuk sejak beberapa tahun lalu. Flip dan Xendit melakukan PHK karyawan pada permulaan persaingan startup 2024.
Startup dari sektor teknologi finansial sempat mencuri perhatian investor beberapa tahun yang lalu. Berdasarkan catatan Bisnis, pertumbuhan industri ini pada periode 2018-2022 bisa menembus Rp138 triliun.
Kepala Eksekutif Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hasan Fawzi bahkan dulu sempat mengatakan industri fintech merupakan sektor kesayangan investor untuk membenamkan dana.
Berdasarkan riset dari CB Insight pada 2022, 5 dari 9 perusahaan yang sudah bervaluasi lebih dari US$1 miliar atau unicorn di Indonesia berasal dari sektor fintech, seperti Dana, Akulaku, Ajaib, Kredivo, hingga Xendit.
Namun, ternyata pada awal 2024, Indonesia dikejutkan dengan PHK yang dilakukan dua startup fintech, yakni Xendit dan Flip.
Unicorn fintech pertama di Indonesia, Xendit melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan, dengan jumlah yang tidak disebutkan, demi bisnis yang lebih bertahan lama dan peningkatan profitabilitas.
“Kami merasa perlu untuk menyelaraskan sumber daya dengan strategi bisnis, mengoptimalkan efisiensi tim kami, dan memastikan bahwa kami berada pada posisi terbaik untuk mengejar peluang pertumbuhan baru,” ujar Managing Director Xendit Indonesia Mikiko Steven dalam keterangan kepada Bisnis, Senin (22/1/2024).
Senada, PT Fliptech Lentera Inspirasi Pertiwi atau Flip melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menjamin keberlangsungan bisnis di tengah kondisi global yang tidak menentu.
“Kondisi ekonomi global hingga saat ini masih tidak menentu. Hal tersebut memberikan dampak kepada hampir semua lini usaha, tidak terkecuali Flip. Demi menjamin keberlangsungan bisnis Flip, manajemen dengan berat hati melakukan reorganisasi internal,” ujar CEO dan Co-founder Flip Rafi Putra Arriyan dalam keterangan yang diterima Bisnis, Rabu (10/1/2023).
Menariknya, kedua startup ini sama-sama baru memperoleh pendanaan di 2022. Flip yang mendapat pendanaan Seri B putaran kedua yang dipimpin oleh Tencent dengan nilai US$55 juta atau Rp811 miliar.
Sementara Xendit pada kuartal II/2022 juga mendapatkan pendanaan seri D dengan total US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun yang dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner.
CFO Mandiri Capital Indonesia Wisnu Setiadi mengatakan perampingan karyawan dan penutupan startup pada awal 2024 merupakan bagian dari seleksi alam.
Startup dahulu diuntungkan dengan pandemi Covid-19, saat masyarakat hanya berada di rumah dan melakukan segala sesuatu melalui online.
Kondisi tersebut, ketika pandemi Covid-19 berakhir. Masyarakat sudah diperbolehkan untuk bergerak bebas, dan itu pertanda startup harus bertarung dengan perusahaan-perusahaan besar untuk menarik pelanggan.
“Jadi startup-startup yang dahulu menaruh aplikasi di Google Apps, dan tidak memiliki fundamental yang kuat, akan tereleminasi dengan sendirinya. Ini adalah bagian dari kompetisi yang tidak kuat, akan kalah. Jadi kita akan melihat sisa-sisa dari hype era akan tutup. Startup sekarang akan berkompetisi dengan yang konvensional,” kata Wisnu kepada Bisnis.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Wisnu, startup fintech menghadapi tantangan yang berat, karena tidak lagi bersaing dengan sesama startup fintech, tetapi bersaing dengan bank-bank besar.
Kompetisi akan menjadi lebih nyata dan terlihat startup-startup tangguh yang dapat bertahan di tengah kondisi ini.
“Jadi akan kelihatan apakah startup hanya transaksinya kuat, atau memang ada kebutuhan pasar atas solusi mereka. Misaln ada 2 startup, pertumbuhannya pendapatannnya 100 persen semuanya. Tetapi yang satu opexnya 15%, sementara satu lagi 180%. Kelihatan siapa yang dibuat-buat,” kata Wisnu.