Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan data center asal Amerika Serikat, EdgeConneX, tengah mengkaji penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di data centernya yang berlokasi di Indonesia, guna memperkuat posisi mereka di RI.
Managing Director Asia Pacific EdgeConneX Kelvin Fong mengatakan hal ini dilakukan untuk menggaet potensi besar dari perusahaan data center cloud China dan AS yang ingin menempatkan data-nya di Indonesia.
“Negara ini (Indonesia) adalah rumah bagi semua cloud hyperscale utama di AS dan Tiongkok, serta media sosial dan tingkat webscale yang sedang berkembang,” ujar Kelvin kepada Bisnis, Kamis (11/1/2023).
Lebih lanjut, Kelvin mengatakan potensi ini juga makin menjanjikan mengingat pengembangan data center Indonesia yang masih berada di tahap awal. Menurutnya, pusat data di Indonesia akan terus bertumbuh, apalagi jika ditambah dengan konektivitas dan keragaman jaringan yang cepat.
Sebagai informasi, saat ini EdgeConneX baru memiliki satu area hyperscale data center di Indonesia, tepatnya yang berada di Cikarang, Jawa Barat.
Adapun sejumlah data center yang ada di area tersebut akan memiliki total kapasitas sebesar 120MW. Diketahui, beberapa data center memang sudah beroperasi, tetapi beberapa lainnya masih dalam proses pembangunan.
Kendati demikian, Kelvin mengaku perusahaan masih terus mencari peluang dan pasar baru baik di Indonesia ataupun kawasan Asia Pasifik lainnya.
“Kami terus mencari peluang di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik. Kami bekerja sangat erat dengan pelanggan kami untuk mengidentifikasi lokasi, skala, desain, dan garis waktu yang tepat untuk kebutuhan kapasitas pusat data mereka,” ujar Kelvin.
Sebagai informasi, Structure Research menemukan bahwa data center Indonesia diproyeksi bernilai USD$395 juta pada tahun 2023 dari perspektif total pengeluaran colocation. Angka ini akan tumbuh (CAGR) sebesar 22,3% hingga tahun 2028.
Sebagai informasi, colocation merupakan layanan penitipan server pelanggan yang disimpan di data center.
Adapun berdasarkan data yang sama, pendapatan cloud hyperscale di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan melampaui $221 miliar pada tahun 2027.
Angka ini merupakan sepertiga pendapatan global di sektor data center dan meningkat sebesar 352% dari total pendapatan saat ini.