Bisnis.com, JAKARTA - BDx Indonesia berencana melakukan ekspansi data center berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menyasar perusahaan berskala besar dan perusahaan dengan model bisnis B2C (business to customer) di wilayah Papua dalam waktu dekat.
SVP Corporate Communication Indosat Steve Saerang mengatakan nantinya sasaran sektornya akan lebih berfokus pada bidang finansial, telekomunikasi, dan hiburan (entertainment).
“BDx ini fokus utamanya enterprise yang hyperscale, fokus utama yang kedua adalah perusahaan yang menangani konsumen B2C (business to customer) yang cukup banyak. Itu prioritas,” ujar Steve kepada Bisnis, Selasa (9/1/2024).
Diketahui, ekspansi ini dilakukan setelah PT Indosat Tbk. (ISAT) menjual untuk disewa kembali puluhan data center dengan harga Rp2,6 triliun kepada BDx Indonesia.
Adapun, BDx Indonesia merupakan joint venture antara Indosat, Big Data Exchange (BDx) Global, dan anak usaha Indosat, PT Aplikanusa Lintasarta. Untuk Indosat sendiri, saat ini memegang 25% saham dari BDx Indonesia.
Lebih lanjut, setelah adanya aksi korporasi ini, BDx Indonesia akan menyasar pasar yang jauh lebih luas dan berada di luar Jawa, termasuk Papua. Diketahui, saat ini BDx Indonesia sudah ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Makassar, Bandung, dan Semarang.
Dengan demikian, dengan adanya ekspansi data center ini, artinya Indosat juga akan menyasar pasar Papua, sebagaimana yang diketahui saat ini dikuasai oleh Telkomsel.
“Papua bisa kita jangkau karena edge site-nya (data center BDx Indonesia) ada yang dekat sana,” ujar Steve.
Steve mengatakan nantinya data center edge ini akan ada di pulau besar yang tidak jauh dari Pulau Papua. Namun, Steve masih belum bisa memberitahukan secara rinci tempat yang akan dituju.
Dengan demikian, lanjut Steve, datanya tidak perlu ke Jawa terlebih dahulu untuk diolah, melainkan bisa langsung ke daerah di timur Indonesia. Alhasil, internet yang diberikan juga akan menjadi lebih cepat.
Sebagai informasi, edge data center merupakan data center yang lebih kecil dan terletak dekat dengan end user, sehingga dapat meminimalisir latensi.
“Sudah menjadi komitmen kami, untuk Papua agar tahun depan (2025) sudah seperti Nusra, 99% ter-cover,” ujar Steve.