Bisnis.com, BERAU – Suasana mendung menyelimuti pagi itu di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Salah satu kepulauan di Kalimantan Timur yang terkenal dengan objek wisata bahari menawan, Taman Bawah Laut.
Selama dua jam perjalanan menggunakan kapal kecil dari Dermaga Wisata Sanggam Tanjung Redeb menuju Pulau Derawan, gerimis tipis-tipis mengguyur. Hujan sempat mereda kemudian kembali muncul.
Bulan ini tergolong bukan bulan sibuk yang ramai pengunjung bagi para pemilik jasa di Kepulauan Derawan.
Tak bisa dikatakan sepi tetapi juga tak bisa dikatakan ramai. Terpantau mayoritas wisatawan yang datang berkunjung tersebut adalah warga lokal di sekitar wilayah Kepulauan bukan dari wisatawan mancanegara dan kota-kota besar di Indonesia.
Kondisi tersebut menggambarkan denyut perekonomian yang kembali bergerak di pulau Borneo setelah terhenti total selama masa pandemi Covid-19. Aktivitas ini diperkirakan terus melonjak hingga awal pergantian tahun depan, seperti yang dialami Sunrise Cottage.
Salah satu Cottage yang cukup besar dari puluhan Cottage di Derawan yang memiliki pemandangan langsung menjorok ke laut tersebut sudah penuh dipesan hingga 7 Januari 2024.
Kepada Tim Bisnis Indonesia Jelajah Sinyal 2023, sang pemilik cottage, Ibnul menuturkan pendapatan dari sewa penginapan miliknya saat ini terus melaju dan mampu meraup hingga Rp30 juta – Rp40 juta per bulannya, lebih besar dibandingkan saat sebelum pandemi yang mencapai Rp25 juta – Rp 28 juta per bulannya.
Lonjakan pendapatan tersebut, menurut pria berusia 60 tahun tersebut dikarenakan fenomena travel revenge alias aksi balas dendam dari masyarakat untuk bepergian setelah terkurung dan tak bisa bepergian secara bebas selama 2 tahun saat pandemi Covid-19. Tak hanya itu, peningkatan pendapatan juga mulai dirasakannya dengan bantuan anak dan menantunya yang mulai terlibat mengelola penginapan.
Sebagai generasi yang lebih melek digital, anak serta menantunya itulah yang ikut membantunya untuk mulai memasarkan penginapannya lewat Instagram. Kendati memang dia mengakui jumlah pemesanan lewat media sosial tersebut belum sebanyak atau hanya sekitar 3% dibandingkan dengan jumlah pemesanan konvensional yakni pemasaran dari mulut ke mulut.
“Memang benar disiapkan fasilitas digital itu supaya bisa mengikuti zaman. Saya setuju bisa kalah [promosi] kalau kita ndak ikuti digital. Tapi harus anak sekarang, kalau generasi saya sudah ndak ngerti IT. Biar anak saya yang melanjutkan soal digital ini,” tuturnya kepada Tim Bisnis, Rabu (29/11/2023).
Mujurnya, langkah digitalisasi tersebut juga didukung dengan infrastruktur persinyalan yang sudah dibangun di wilayah pariwisata tersebut.
Setidaknya sudah hadir dua provider di sini yang dapat menjadi alternatif agar kecepatan berselancar internet makin lancar. Satu dari perusahaan pelat merah dan yang lainnya dari perusahaan swasta. Termasuk hadirnya jaringan internet fixed broadband, Indihome, di penginapan yang telah berdiri sejak 2013 ini.
“Kalau Derawan ini tak ada rasanya yang mengeluh soal sinyal. Sinyal di sini masih menunjang. Kalaupun terkadang ada insiden perbaikan biasa, tetapi kalau sampai berhari-hari ga ada itu. Ada XL dan Telkomsel, mantap itu,” terangnya.
Meski sudah disokong oleh dua provider dia juga mengharapkan provider lainnya ikut masuk supaya lebih banyak pilihan bagi turis lokal dan mancanegara yang bisa memperkenalkan keindahan Derawan.
“Kalau mau dijuluki pulau wisata domestik harus siapkan fasilitas mereka jangan tidak. Kalau wisatawan ngeluh apa artinya itu,” lanjutnya.
Jauh sebelum melalui Instagram, dia lebih dulu memasarkan penginapannya melalui platform milik salah satu Online Travel Agent/ OTA, yakni Traveloka. Hanya saja bagaikan dua mata pisau, kemajuan digitalisasi juga menjadi celah bagi penipuan digital. Dia melihat hal tersebut telah merugikan pelanggannya, sehingga akhirnya memutuskan untuk tak lagi bergabung dalam platform OTA tersebut.
Dia bercerita bahwa pada saat tahun baru lalu terdapat dua hingga tiga kelompok wisatawan yang tertipu akibat ulah oknum tak bertanggung jawab. Mereka sudah memesan dan membayar lewat OTA tetapi di sistem tidak tercatat. Sehingga saat mereka sampai ke penginapan justru tak kebagian kamar dan uangnya hangus.
“Itu ada yang menyalahgunakan lewat OTA. Tapi setelah mereka sampai dan melakukan konfirmasi, kontak untuk pemesanan tersebut tak lagi bisa dihubungi. Jadi saya stop ga ikut lagi itu,” katanya.
Tuntutan Mudah dan Aman
Tuntutan serba cepat, mudah, dan aman, di sektor pariwisata juga termasuk soal pembayaran. Oleh karena itu, dari sejumlah pengamatan yang dilakukan oleh Tim Bisnis Indonesia, sejumlah fasilitas penginapan di Pulau Derawan kafe, penyewaan sepeda, hingga sewa speed boat juga telah menawarkan pembayaran yang bersifat non tunai menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) atau dengan memanfaatkan digital banking untuk transfer.
Hal ini juga sudah dilakukan oleh Ibnul. Dia berpendapat kehadiran pembayaran digital dapat memberikan rasa aman baik bagi pengunjung dan pengelola. Bagi pengunjung tak lagi harus direpotkan membawa uang tunai dalam jumlah banyak yang berisiko. Sementara bagi pengelola, uang yang tertampung dalam rekening digital lebih memudahkan dalam mengelola untuk peningkatan usaha dibandingkan memegang uang tunai.
“Sekarang ini kan mending pegang HP daripada pegang duit. Yang penting bawa HP saja jauh lebih aman bagi wisatawan juga. Pengelola juga uangnya tertabung di rekening, tidak terhambur kalau dipegang cash,” tekannya.
Peningkatan Cakupan Sinyal
Para pemilik jasa di Derawan berharap peningkatan signal coverage dan kestabilan sinyal dapat lebih memadai di seluruh daerah.
Pemilik Rental Sepeda listrik Sepeda Indah di Kepulauan Derawan Sapar mengungkapkan kendati tergolong stabil, jaringan internet di kawasan Derawan juga sering sekali diperbaiki. Dia mencontohkan saat wilayah Tanjung Batu kena petir, sinyal internet bisa mati total selama satu hari. Termasuk ketika saat ramai kunjungan wisatawan, jaringan persinyalan menjadi kurang optimal.
Namun dengan masuknya dua layanan dari provider, memberikan opsi bagi pemilik bisnis untuk menggunakan dua SIM Card berbeda. Bergantung kepada kecepatan sinyal yang mamapu dijangkau oleh masing-masing penyedia layanan. Namun memang akan membuat jadi lebih boros bagi pemilik untuk melakukan kontak dengan pembeli yang berbeda jaringan. Bahkan risiko kehilangan pelanggan karena
“Bisa hilang, timbul tenggelam. Kadang ada kadang hilang, kadang tidak terdengar suara gitu. Kalau ada yang kontak mau sewa jadi terkendala,” terangnya.
Perjalanan ke Derawan Tim Jelajah Sinyal Bisnis Indonesia sore itu ditutup dengan perjalanan kembali ke Pelabuhan Tanjung Batu dengan charter speed boat. Tim pun berbincang dengan pemilik Speed Boat, nyatanya kualitas internet yang timbul tenggelam juga terjadi di Dermaga Pelabuhan Tanjung Batu. Sang pemilik speed boat, Jodi juga menuturkan kondisi sinyal yang kurang stabil dari salah satu provider BUMN.
“Kita juga sering timbul tenggelam jadinya, ada pelanggan yang mau Charter balik dari Derawan, tapi kalau pas kita di Tanjung Baru sinyal hilang, ya udah jadinya pelanggan udah cari speedboat yang lain. Hilang pelanggan kita,"terangnya.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Kaltim I Gusti Bagus Putra mengatakan menilai langkah pemasaran secara digital dalam operasional bisnis semakin memudahkan untuk menjangkau konsumen atau pelanggan domestik dan mancanegara.
Penggunaan teknologi melalui internet, sebutnya, menjadi cara terbaik untuk menghubungkan orang-orang di seluruh dunia dan media sosial telah menjadi tempat paling nyaman untuk terhubung satu sama lain dan menarik pelanggan potensial.
“Untuk omzet dari pemanfaatan teknologi digital tergantung pada diri kita. Dari segi jangkauan usaha dan promosi produk paket wisata memang sangat membantu pemasaran secara online baik domistik dan mancanegara walaupun kebanyakan kita belum tahu dan tidak kenal pelanggan hanya melalui dunia maya,” ujarnya.
Sisi lain, tantangan teknologi digital travel agent sangat mengganggu bagi penjual tiket pesawat secara online yang biasa offline sangat terpukul karena mengurangi omzet penjualan tiket yang selalu membandingkan harga lewat online.
“Jadi, kita memang dituntut untuk harus bisa menguasai teknologi digital sesuai perkembangan zaman dan jangan menjadikan lawan bisnis.
Dia pun menilai pendampingan pemasaran atau promosi digital kini juga dapat dilakukan secara otodidak karena sudah dibantu dengan youtube, google, dan lainnya di luar pendampingan dari pemerintah. Hal ini bermanfaat bagi dunia usaha untuk meningkatkan kualitas jasa pelayanan yang telah diberikan oleh pengunjung.
Digitalisasi pariwisata dinilai salah satu strategi yang efektif dalam mempromosikan berbagai destinasi dan potensi pariwisata Indonesia melalui berbagai platform.
Artinya, digital tourism tidak hanya sekadar mengenalkan, tetapi juga menyebar keindahan pariwisata secara luas untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.
Pengembangan digital sektor pariwisata tentu akan menjadi lompatan yang secara tidak langsung membuat masyarakat semakin melek dan ikut beradaptasi dalam perkembangan teknologi. Tentu bukan hal yang sulit, karena gaya hidup masyarakat cenderung cepat dan bersentuhan langsung dengan internet.
Bukan hanya itu saja, saat ini tren pariwisata juga mulai bergeser ke arah digital. Salah satu buktinya terlihat dari aktivitas wisatawan yang mulai merencanakan perjalanan, pre-on-post journey, hampir seluruhnya dilakukan secara digital.