Jelajah Sinyal 2023: Literasi Digital Menguat di Perbatasan Motamasin

Afiffah Rahmah Nurdifa
Kamis, 30 November 2023 | 04:02 WIB
Siswa SMP Negeri Metamauk menunjukan uji kecepatan internet di kelasnya di dekat Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (28/11/2023)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Siswa SMP Negeri Metamauk menunjukan uji kecepatan internet di kelasnya di dekat Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (28/11/2023)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, MALAKA - Literasi digital di lingkungan sekolah menguat di lintas batas Motamasin, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satunya ditandai dengan penerapan sistem digital di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Metamauk.

Jam menunjukkan pukul 11.34 WITA, Tim Jelajah Sinyal 2023 mendatangi SMP Negeri Metamauk usai berkunjung ke PLBN Motamasin. Matahari terik menyorot sekolah di perbatasan ini. Sebagian guru tengah mengajar di beberapa kelas, dan sebagian lainnya berteduh di dalam kantor masing-masing.

Kegiatan belajar mengajar di SMP itu masih tampak seperti biasa, tanpa adanya penggunaan teknologi digital. Namun, literasi digital di SMP Negeri Metamauk mulai menguat saat Robert Martin Martha (33) mulai menjabat sebagai Kepala Sekolah. 

Dia mulai bertugas sebagai kepala sekolah pada 11 Februari 2023, sebelumnya dia menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah selama 5 tahun. Robert menceritakan bahwa dalam proses pembelajaran, SMP itu belum menerapkan tenologi digital. 

Namun, dalam proses penilaian atau ujian setahun terakhir ini, SMP Metamauk mulai menggunakan sistem ujian online. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kecakapan digital, mengurangi penggunaan kertas, sekaligus memudahkan para guru dan siswa.

"Jadi, dari sekolah menyiapkan satu ruangan di situ tersedia Chrome book, laptop dan tablet, untuk anak-anak yang tidak memiliki smartphone," kata Robert saat ditemui Selasa (28/11/2023). 

Bagi murid yang telah menggunakan smartphone, maka ujian akan dilakukan di ruang kelas masing-masing. Adapun, kegiatan ujian dengan menggunakan sistem online ini telah berjalan selama setahun dan sudah dilakukan 2 kali. 

Robert mengaku untuk menerapkan digitalisasi di lingkungan sekolah tidak mudah. Jaringan yang kurang stabil dan sering terjadinya pemadaman listrk membuat sinyal menghilang. Mau tak mau, waktu ujian diundur. 

"Tetapi, sekarang sudah ada pemancar Indosat di sini, jadi ketika listrik padam yang Telkomsel cukup bermasalah, kami alihkan ke jaringan Indosat, sehingga ujian bisa berjalan aman," tuturnya. 

Setiap kali pemadaman listrik, sinyal dari berbagai provider hilang. Kadangkala, sinyal Indosat bertahan, namun di waktu lain justru sinyal dari Timor Leste yang menjangkau wilayah tersebut. 

Hilang sinyal sempat membuat proses ujian terhambat dan mundur beberapa hari. Namun, kendala tersebut tidak menurunkan semangat digitalisasi di SMP Metamauk. 

"Tetapi, sekarang karena sudah ada jaringan Indosat dan XL ini, sudah aman, kami ujian menggunakan jaringan Indosat ini, ujian berjalan dengan aman," jelasnya. 

Sebelum Reynold menjabat, sistem ujian masih menggunakan tulis tangan di kertas. Setelah dilantik, dia menilai penggunaan kertas merupakan suatu pemborosan sehingga butuh perubahan. 

Tak hanya itu, sistem tulis juga membuat guru harus mengerjakan banyak hal administrasi secara manual. Sementara itu, Reynold meyakini dengan sistem online, aktivitas guru lebih efisien dan fokus untuk pembelajaran siswanya. 

"Itu salah satu cara untuk meringankan tugas guru dan tidak terjadi pemborosan karena kalau pakai sistem tulis, berarti kita harus fotocopy sekian banyak kertas, selesai anak ujian, kertas-kertas itu jadi sampah," jelasnya. 

Meski proses transformasi tidak mudah, perlahan tapi pasti, SMP Metamauk terus berlatih dan optimistis untuk terus melanjutkan proses digitalisasi hingga tahap pembelajaran siswa. 

Langkah ini pun menjadi upaya besar yang dilakukan pihak sekolah, sebab saat pandemi Covid-19 pun pihaknya belum menerapkan online. Kala pandemi, para guru harus bertugas mendatangi siswa door-to-door untuk memberikan materi dan tugas kepada siswanya. 

"Saya sangat mendukung [digitalisasi] karena saya lihat ketika kami melangkah mengikuti cara seperti ini ada kemajuan-kemajuan, jadi ke depan kami akan lebih mendalam lagi untuk menggunakan sistem ini," imbuhnya. 

Bagi sekolah yang berlokasi di perbatasan dan jauh dari kota, literasi digital menjadi hal yang masih tabu. Hanya segelintir kalangan yang mulai menyadari manfaat penerapannya. Butuh peran besar pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. 

"Kalau dari kami, kalau bisa wifi itu bisa disini, karena disini wifi blm ada, jadi semoga bisa masuk disini sehingga sekolah bisa memanfaatkan itu untuk proses pembelajaran," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper