Jelajah Sinyal 2023: Literasi Digital Minim Hambat Promosi Salak Crispy Pinrang

Annisa Kurniasari Saumi
Rabu, 29 November 2023 | 20:01 WIB
Salak Crispy salah satu UMKM yang berada di wilayah Pinrang, Sulawesi Selatan. Minggu (25/11/2023).
Salak Crispy salah satu UMKM yang berada di wilayah Pinrang, Sulawesi Selatan. Minggu (25/11/2023).
Bagikan

Bisnis.com, PINRANG - Keberadaan sinyal telekomunikasi di jalan poros Pinrang-Polman, Sulawesi Selatan cukup baik. Akan tetapi, keberadaan sinyal telekomunikasi yang baik ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. 

Norma Nurdin, warga Kabupaten Pinrang menuturkan hingga saat ini dirinya belum terlalu paham bagaimana melakukan penjualan melalui lokapasar atau e-commerce. Satu-satunya media berjualan secara digital yang dia ketahui adalah melalui media sosial Facebook.

"Itu kendalanya, saya tidak terlalu paham berjualan di Shopee dan Tokopedia. Yang saya paham promo-promo begitu di Facebook," ucap Norma, ditemui tim Jelajah Sinyal 2023 di kediamannya, Pinrang, Minggu (27/11/2023). 

Norma seorang pemilik UMKM yang berdiri sejak tahun 2021 ini, sebagai penggerak roda ekonomi di wilayahnya
Norma seorang pemilik UMKM yang berdiri sejak tahun 2021 ini, sebagai penggerak roda ekonomi di wilayahnya

Kesulitan promosi secara online ini membuat usaha kerupuk salaknya tersendat saat ini. Pasalnya, selain belum begitu memahami berjualan secara daring, penjualan luring juga sulit dilakukan oleh Norma. 

Kerupuk salak yang dijual dengan merek Salak Crispy ini awalnya diproduksi oleh ibu-ibu di sekitar Desa Massewae, Kabupaten Pinrang. Usaha ini merupakan salah satu program dari Konsorsium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan (Kapabel). 

Awalnya, kata Norma, usaha Salak Crispy ini berjalan lancar pada tahun 2021. Bahkan, dirinya bisa melakukan dua kali produksi Salak Crispy dalam seminggu.

"Waktu baru kami buka kerupuk salak, kami produksi 2 kali seminggu. Awalnya lancar, orang-orang penasaran bagaimana kerupuk salak," tuturnya. 

Namun, pada akhirnya, Norma dan warga desa kesulitan melakukan penjualan, terutama ke kota besar seperti Makassar. 

Kesulitan permodalan dan akses pemasaran produk membuat usaha Norma dan warga desa berhenti melakukan produksi hingga saat ini. 

Dengan kesulitan-kesulitan ini, Norma hanya bisa mengandalkan penjualan secara langsung, yakni di pasar-pasar tradisional ketika dirinya sedang berjualan sayur mayur.

Norma akan melakukan produksi lagi apabila mendapatkan pesanan. Biasanya, pesanan tersebut datang dari orang-orang yang hendak merantau.

Adapun produk Salak Crispy buatan Norma dan ibu-ibu Desa Massewae ini dihargai mulai dari Rp10.000 per bungkusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper