Bisnis.com, MAMUJU - Di usianya yang telah memasuki kepala enam, semangat Bungalia untuk menenun masih membara. Usaha tenun Sekomandi ini telah diwarisi Bungalia secara turun temurun di keluarganya.
Upaya melestarikan warisan leluhur ini terus dilakukan oleh Bungalia melalui Rumah Tenun Skeomandi Ulukarua. Ditemui di galeri tenunnya di Desa Bambu, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat, Bungalia menuturkan dirinya bersyukur terhadap banyaknya kegiatan pameran yang mengikutsertakan Rumah Tenun Sekomandi Ulukarua.
Ajang pameran menurutnya membantu upaya pengenalan dan pelestarian warisan leluhurnya ini.
"Saya bersyukur jika ada kegiatan seperti pameran. Saya berharap tenun Sekomandi ini dipromosikan oleh pemerintah, jangan dilupakan begitu saja. Karena Sekomandi ini cukup langka," kata Bungalia di Mamuju, Selasa (28/11/2023).
Bungalia menuturkan dirinya tidak hanya memiliki galeri secara luring yang terletak di Desa Bambu, Kabupaten Mamuju. Bungalia juga memamerkan hasil tenunan dirinya dan kelompoknya melalui situs ulukarua.com.
Hanya saja, dia tak terlalu mengurusi aspek digital Rumah Tenun Sekomandi Ulukarua. Urusan digitalisasi tersebut diserahkan ke anak-anaknya.
"Banyak pihak-pihak juga membantu untuk memamerkan tenun ini secara daring. Kalau saya pribadi, mata saya sudah agak buram, jadi anak-anak saya juga membantu jika ada yang pesan," tutur Bungalia.
Selain melakukan digitalisasi dalam promosi, Rumah Tenun Sekomandi Ulukarua juga telah melakukan digitalisasi dalam sistem pembayaran.
Bungalia telah menyiapkan quick response code (kode QR) yang bisa dimanfaatkan oleh pembeli yang ingin melakukan transaksi menggunakan Quick Response Indonesia Standar (QRIS).
Menurut Bungalia, penggunaan QRIS ini dianjurkan kepada dirinya oleh beberapa bank.
Bungalia sendiri menuturkan usaha ini telah dimulai sedari dirinya berada di usia muda. Bungalia menuturkan dirinya sempat menjadi kontraktor, tetapi akhirnya memilih banting setir menjadi penenun untuk melestarikan warisan nenek moyangnya.
Dia menuturkan usaha tenun yang dirintis secara turun-temurun ini telah membantu dirinya dan 4 saudaranya meraih gelar sarjana.
Mengenai kemampuan menenunnya, Bungalia menuturkan kemampuan ini didapatkan secara otodidak, dengan hanya melihat neneknya bekerja. Kemampuan otodidak ini juga menular ke cucunya yang saat ini menginjak kelas 3 Sekolah Dasar.
Peminat kain tenunnya tak hanya datang dari dalam negeri. Kain tenun buatannya dan kelompoknya pun diminati oleh orang-orang asing yang berkunjung ke Celebes.
Perjalanan Rumah Tenun Sekomandi Ulukarua bukannya tanpa hambatan. Kala gempa besar mengguncang Mamuju dan Majene pada 2021, Bungalia harus menelan pil pahit karena galerinya hancur.
Beberapa kain tenun buatannya juga ikut rusak akibat gempa ini. Hingga kini, Bungalia menuturkan masih berupaya membangun ulang galeri miliknya di Desa Bambu ini.
Adapun Bungalia menuturkan nama galerinya, Ulukarua, diambil dari nama motif tenun Sekomandi. Ulu berarti kepala, karua yang berarti delapan, yang menyimbolkan delapan pemimpin. Menurutnya, motif Ulukarua juga menjadi motif yang pertama kali ditemukan nenek moyangnya
"Ilham dari motif sekomandi pertama kali didapatkan di gua," ujar dia.
Kain tenun dari Rumah Tenun Sekomandi Ulukarua ini pun dijual dengan harga yang bervariasi. Kain termurah, yakni syal dihargai Rp150.000, dengan termahal dihargai Rp45 juta.