Bisnis.com, MALAKA -- Digitalisasi di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Kobalima, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) nyaris berjalan optimal. Sayangnya, listrik padam seringkali memaksa jaringan internet di perbatasan itu berhenti.
Mau tak mau, Reynold Uran, Kepala Pengelola PLBN Motamasin mesti memberhentikan atau memanualkan kegiatan administrasi perbatasan untuk sementara. Selama 5 tahun dia menjabat sebagai Kepala PLBN, kondisi ini menjadi lumrah baginya.
Padahal, digitalisasi di PLBN Motamasin sudah menjalar ke berbagai pelaksanaan tugas harian seperti pengarsipan hingga pelaporan. Adapun, pandemi Covid-19 menjadi momentum seluruh prosedur bertransformasi digital.
"Jaringan disini, selama listrik menyala maka dia stabil. Jadi, kalau listrik mati, maka sinyal nya juga hilang," kata Reynold saat ditemui tim Jelajah di kantor PLBN Motamasin, Selasa (28/11/2023).
Untuk menghindari kendala tersebut, pihaknya bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menyediakan internet stabil di kantornya. Setelah listrik mati, bantuan sinyal tersebut hanya bertahan 2 jam. Justru, ketika sinyal hilang, maka sinyal roaming dari Timor Leste masuk.
Reynold bercerita, padamnya listrik cukup sering terjadi yakni 2-3 kali dalam sehari dan terjadi hampir setiap hari. Dia menegaskan bahwa paling sedikit sekali listrik mati dalam sehari di perbatasan.
Dia pun membandingkan dengan PLBN Motaain, Tasifeto, Belu yang pernah dikelolanya selama 2 tahun sebelum pindah ke PLBN Motamasin. Kala itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyediakan internet khusus di kawasan lintas batas.
"PLBN Motamasin dibantu dari Kominfo itu dengan Sinyal Pintar, dan itu juga ada di PLBN Wini. Jadi asumsi saya bahwa setiap perlintasan, khususnya PLBN itu di fasilitasi oleh Kominfo dengan sinyal pintar internet tadi," tuturnya.
Dia menilai, fasilitas sinyal tersebut sangat membantu para petugas dan pelintas. Ketika sinyal terganggu, maka internet dari Kominfo menjadi penopang.
Fasilitas internet tersebut bahkan telah membantu masyarakat di luar kawasan PLBN. Misalnya, tak jarang anak-anak yang datang untuk belajar online, atau guru-guru yang akan melakukan ujian sertifikasi.
"Tetapi kalau di PLBN Motamasin, itu tidak ada [Sinyal Pintar Kominfo]. Adanya di tengah kota, di kota Betun, tepatnya di lapangan umum," ungkapnya.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk menghadirkan fasilitas internet di PLBN Motamasin sebagai pendukung ketika listrik padam. Hal ini juga dapat mengoptimalisasi manfaat internet di lintas batas negara.
"Di beberapa rapat saya pernah sampaikan juga, tetapi sampai hari ini kita belum dapat tindak lanjut. Atau misalnya di Betun tetap di pasang dan di perbatasan juga dipasang Sinyal Pintar yang baru lagi," harapnya.
PLBN Motamasin di Selasa pagi tampak masih sepi. Hanya 2-4 orang yang melintasi batas negara itu dengan motor maupun jalan kaki. Namun, lintas batas ini seringkali digunakan untuk memfasilitasi berbagai kegiatan masyarakat sekitar, mulai dari aktivitas perdagangan hingga sosial budaya.
Setiap hari Senin, PLBN Motamasin menyediakan lapak untuk pembukaan pasar khusus yang sudah berjalan sejak 2020. Pasar ini pun memperbolehkan warga Timor Leste untuk ikut serta bertransaksi.
"Sampai hari ini kita masih operasi, pasar nya itu pasar mingguan setiap senin dan setiap senin itu kita izinkan untuk warga negara timor leste untuk ikut berbelanja," pungkasnya
Berdasarkan catatan Bisnis, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kominfo berencana membangun Base Transceiver Station (BTS) untuk 421 lokasi baru di NTT. Pada 2020, Bakti telah menghadirkan 753 titik akses internet.
Adapun, rencana pembangunan infrastruktur BTS 4G akan ada di 14 kabupaten. Secara rinci, infrastruktur BTS 4G tersebut akan dibangun di Kab. Manggarai Barat sebanyak 24 lokasi, Kab. Manggarai Timur sebanyak 66 lokasi, Kab. Alor sebanyak 33 lokasi, Kab. Ende sebanyak 59 lokasi, Kab. Kupang sebanyak 24 lokasi, Kab. Lembata sebanyak 31 lokasi, Kab. Nagekeo sebanyak 1 lokasi.
Selanjutnya, Kabupaten Rote Ndao sebanyak 15 lokasi, Kabupaten Sabu Raijua sebanyak 3 lokasi, Kabupaten Sumba Tengah sebanyak 21 lokasi, Kabupaten Sumba Timur sebanyak 89 lokasi dan Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 15 lokasi.
Kemudian, Kabupaten Timor Tengah Utara sebanyak 4 lokasi, Kabupaten Manggarai sebanyak 31 lokasi, Kabupaten Sumba Barat sebanyak 4 lokasi, dan Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 1 lokasi.