Bisnis.com, KEFAMENANU -- Digitalisasi dalam hal transaksi makin menjalar ke berbagai penjuru negeri. Salah satunya ditunjukkan dari penggunaan QRIS di kalangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Warung Makan Mas Madi di Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mengandalkan sistem digital dalam transaksi penjualannya.
Febri (21), kasir di warung makan itu menyebutkan 40% pelanggan yang datang akan meminta pembayaran QRIS. Dia pun mengaku transaksi QRIS mempermudah metode pembayaran.
"Tidak semua pakai QRIS, masih ada yang pakai tunai. Sudah hampir setengah dari pengunjung minta barcode," ujar Febri saat ditemui Tim Jelajah Sinyal 2023, Selasa (28/11/2023).
Febri menilai penggunaan QRIS dalam proses transaksi di warung Mas Madi telah diterapkan sejak awal di buka pada tahun 2022 hingga saat ini.
Menurut perempuang berusia 21 tahun itu, tidak ada banyak hambatan yang di hadapi pelanggan dalam menggunakan QRIS. "Proses transaksi pakai QRIS berjalan lancar," tuturnya.
Hal ini di ungkapkan Febri sambil melayani pelanggan untuk membayar. Warung Mas Madi menawarkan berbagai macam makanan berat mulai dari nasi goreng, soto, hingga ayam geprek.
Tim Jelajah Sinyal 2023 memilih menu makanan ayam geprek, soto, ayam goreng dan es teh manis. Menu ini menjadi obat rindu bagi perantau dari perkotaan.
Bagi UMKM kuliner, penerapan QRIS telah menjadi angin segar yang dapat mengefisiensikan pembayaran. Meski belum masif, dia meyakini metode ini akan banyak menarik konsumen.
Warung Mas Madi memang baru berkembang dalam setahun terakhir, namun warung makan tersebut sudah ramai digandrungi warga lokal maupun perantau.
Sementara itu untuk kecepatan internet di sekitar Warung Mas Madi adalah 14,2 Mbps untuk unduh dan kecepatan jaringan untuk mengunggah 10,9 Mbps.
Hotel
Tidak hanya tempat makan, tempat penginapan atau hotel di Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur juga kebanjiran berkah digitalisasi. Tak sedikit wisatawan yang berburu hotel tanpa membawa uang tunai.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu resepsionis Hotel Victory 1 yang disinggahi Tim Jelajah Bisnis, Senin (27/11/2023). Ricky, mengungkap pihaknya telah memanfaatkan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) dalam satu tahun terakhir.
"Kalau dari penggunaan QRIS cukup membantu, karena biasanya kalau tamu tidak ada uang cash mereka pakai langsung dengan QRIS. Jadi menurut saya itu cukup membantu sekali," kata pria berusia 24 tahun itu.
Tak hanya QRIS, pihaknya juga menawarkan berbagai metode pembayaran modern lainnya untuk kartu debit bank nasional maupun daerah.
Ricky menilai penerapan QRIS merupakan bentuk upaya dalam memudahkan proses transaksi antar pelanggan dan penyedia jasa yang menurutnya cukup membantu.
Untuk diketahui, Hotel Victory terletak di Jl. Sudirman No. 9, Kefamenanu. Lokasinya berada di depan kantor Bupati Timor Tengah Utara (TTU), cukup strategis untuk menjangkau pusat kota.
Menurut Ricky, QRIS telah membawa berkah bagi hotel Victory yang kini juga telah membuka cabang di lokasi lain di Kefamenanu. Sebab, pengunjung meningkat hingga 40% setelah penggunaan QRIS.
Meski tak dipungkiri, belum semua wisatawan atau pengunjung yang memilih menggunakan QRIS. Tak sedikit yang juga masih memilih opsi pembayaran tunai, transfer, maupun kartu debit.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat pembangunan base transceiver station (BTS) 4G di pelosok desa berpemukiman serta wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) sudah mencapai 4.000. Pihaknya pun menargetkan 5.000 lebih BTS pada 2024.
Direktur Jenderal Informasi dan Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan pembangunan BTS 4G merupakan bagian dari upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif.
“Sekarang ini, wilayah Indonesia yang tercakup internet baru 78%, tentu [penetrasi internet] akan meningkat dengan beroperasi satelit Satria 1 dan penambahan BTS. Harapannya, pada 2024 [pemerataan internet] sudah 100%,” ujarnya dalam Festival Literasi Digital 2023 secara virtual, Sabtu (25/11/2023).
Namun, Usman mengakui bahwa pemerataan infrastruktur digital di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Kondisi geografis Indonesia yang beragam, dari barat ke timur, menjadi tantangan tersendiri.
Dia pun mencontohkan, misalnya, di Papua, pembangunan BTS 4G tidak hanya menghadapi tantangan geografis, tetapi juga faktor keamanan.
“Di NTT juga kita kan baru 85% dari total [infrastruktur] yang mesti di 400 sekian titik, karena itu butuh percepatan, supaya tidak terlalu lama lagi mencapai pemerataan internet,” ujarnya.