Bisnis.com, MAUMERE – Kemajuan teknologi semakin berkembang pesat, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi topik hangat yang menarik perhatian masyarakat luas, baik dari sisi positif maupun kontroversinya.
Bisnis Indonesia bersama Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH). menggelar Festival Literasi Digital di Universitas Nusa Nipa, Maumere, NTT, pada 4 Februari 2025 dengan tajuk Saatnya GenSi BERAKSI, Berkarya dengan Bijak dan Berprestasi.
Pada sesi acara GenSi Talk, yang mengangkat tema “AI, Teman atau Lawan?” menghadirkan Anjas Maradita, AI Content Creator & Developer. Dia berbagi wawasan tentang AI dan bagaimana teknologi ini dapat menjadi teman atau lawan bagi manusia.
Menurut Anjas, kecerdasan buatan telah menjadi bagian integral dalam kehidupan manusia pada saat ini. Mulai dari sektor industri manufaktur, kesehatan, pendidikan hingga di level pemerintahan.
Namun, kecerdasan buatan sering dipandang sebagai dua sisi mata uang yang dapat menguntungkan dan merugikan bagi manusia. Pada sisi menguntungkan dapat membuka peluang besar dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas hingga inovasi.
Adapun, di sisi merugikan dapat menjadi ancaman yang dinilai merugikan bagi angkatan kerja, seperti dapat menggantikan peran manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
"Sebenarnya AI bukanlah lawan, ketika kita memaksimalkannya dengan bijak dan bertanggung jawab," kata Anjas.
Dia melanjutkan, dengan memaksimalkan dan mengetahui apa yang menjadi batasan-batasan dari AI, maka dapat menjadi peluang untuk dimanfaatkan masyarakat, khususnya generasi muda untuk dapat berkarya lebih maksimal.
Anjas juga menekankan pentingnya pendekatan yang bijak serta pengetahuan yang tepat seputar AI untuk mengurangi ketakutan manusia akan kehadiran AI.
"Dengan memahami cara kerja AI dan bagaimana teknologi ini dapat dimanfaatkan, kita dapat mengembangkan kompetensi generasi muda dalam memanfaatkan tools-tools AI," kata Anjas.
Pada kesempatan ini, Anjas berbagi tentang tools-tools kecerdasan buatan yang dapat dimanfaatkan oleh generasi muda, seperti penggunaan AI dalam membuat sebuah konten musik.
"Dengan memaksimalkan kinerja AI, kita dapat menghasilkan karya orisinil yang tidak terlihat sebagai karya buatan mesin," terangnya.
Pesan Anjas, untuk generasi muda agar tidak takut dengan kehadiran AI, tetapi untuk memahami dan memanfaatkan teknologi ini dengan bijak dan bertanggung jawab.
"Kita dapat mengembangkan kompetensi dan kreativitas kita untuk menciptakan karya yang lebih baik dan lebih inovatif," kata Anjas.
Dalam dua tahun terakhir, Indonesia tercatat masuk dalam 5 besar dunia sebagai pengguna aplikasi AI. Dalam laporannya Writer Buddy 2023 menyebutkan ada lebih dari 24 miliar kunjungan untuk 50 alat AI terpopuler, rata-rata kunjungan 236,3 juta per bulan.
Negara yang paling banyak mengakses alat AI adalah Amerika Serikat dengan 5,5 miliar kunjungan. Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan 1,4 miliar kunjungan. Angka ini selisih 0,7 miliar dengan India yang berada di peringkat kedua.
Berdasarkan data Statista, nilai kapitalisasi pasar kecerdasan pun tumbuh melampaui US$184 miliar pada 2024, melonjak hampir US$50 miliar jika dibandingkan dengan 2023. Pertumbuhan yang mengejutkan ini diperkirakan akan terus berlanjut dengan pasar yang melampaui US$826 miliar pada 2030.
Adapun untuk Indonesia, pasar AI diproyeksi mencapai US$2,3 miliar pada tahun lalu, dan bakal tumbuh 27,89% (2025-2030) menembus US$10,88 miliar pada 2030.
Namun, data Global Innovation Index (GII) 2024, Indonesia masih berada di peringkat 54 dunia, berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.