Harga Internet RI Makin Murah, Kompetisi Makin Tak Sehat

Crysania Suhartanto
Selasa, 14 November 2023 | 16:57 WIB
Warga menggunakan smartphone untuk menonton video streaming.
Warga menggunakan smartphone untuk menonton video streaming.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Persaingan ketat yang mengarah pada perang harga menjadi penyebab turunnya harga rerata internet per GB di Indonesia. Operator disarankan untuk menjaga harga tetap diatas produksi untuk menjaga persaingan tetap sehat. 

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan fenomena ini harus diperhatikan lebih lanjut oleh industri telekomunikasi. 

Menurutnya, harga harus diatur agar tidak terlalu murah atau berada di bawah biaya yang dibutuhkan untuk operasional, teknis, dan lain sebagainya. 

“Akibatnya (perang harga) sampai tidak dapat berlanjut bisnisnya bagi penyedia jasa dan buat industri juga berakibat pada kompetisi yang kurang sehat,” ujar Sigit kepada Bisnis, Selasa (14/11/2023).

Sebagai informasi, sebelumnya Cable, situs pembanding harga internet, televisi dan telepon asal Inggris, melaporkan bahwa harga rata-rata internet per gigabyte (GB) Indonesia mencapai US$0,28 atau sekitar Rp4.349 (kurs:Rp15.694). 

Dengan nilai tersebut, Indonesia berada di posisi ke-17 sebagai negara dengan harga rerata per GB termurah di dunia. Diketahui, Cable sendiri melakukan pengukuran terhadap 237 negara di seluruh dunia. 

Adapun jika dibandingkan dengan kuartal II/2022, menurut laporan Cable, harga rata-rata internet Indonesia makin murah. Pada 6 bulan pertama 2022, harga internet Indonesia per GB sebesar US$0,46 atau Rp7.219. 

Namun, Sigit mengatakan sebenarnya perhitungan harga antar negara harus diketahui dilakukan dengan metode apa. Sementara, pada riset Cable tidak dicantumkan metode mana yang digunakan untuk menghitung.

Menurutnya, ada sejumlah metode yang dapat dilakukan, mulai dari cost per bit, perbandingan harga menurut pendapatan per kapita, perbandingan berdasarkan mata uang, hingga perbandingan ARPU dengan pendapatan nasional kotor (GNI). 

Adapun masing-masing metode akan memiliki hasil yang berbeda. 

Kendati demikian, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Komunikasi ITB Ian Yosep mengatakan jika industri operator sudah merasa harga internet terlalu murah dan ingin menaikan harga layanan, upaya tersebut harus dibarengi dengan peningkatan layanan yang diberikan.

“User mau mengeluarkan biaya lebih, jika ada nilai tambah yg diberikan operator seluler,” ujar Ian.

Menurutnya, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan fixed-mobile broadband (FMC) ataupun bundling dengan aplikasi yang berbayar. 

Ian mengatakan jika memang aplikasi tersebut dirasa mahal untuk dibeli langsung, biaya yang lebih tinggi untuk membeli internet tidak akan terasa oleh konsumen. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper