Starlink Elon Musk Tak Dapat Gantikan BTS, Kominfo: Banyak Kelemahan

Crysania Suhartanto
Senin, 6 November 2023 | 17:05 WIB
Ilustrasi starlink
Ilustrasi starlink
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menegaskan satelit low-earth orbit (LEO) seperti satelit Starlink milik Elon Musk tidak akan menggantikan posisi infrastruktur pemancar sinyal atau base transceiver station (BTS).

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Usman Kansong mengatakan, satelit LEO merupakan infrastruktur telekomunikasi alternatif dan memiliki banyak kelemahan.

“Tidak, tidak akan. Pertama, masa berlakunya ada, satelit itu 15 tahun. Lalu, ancaman lain, misalnya satelit yang jatuh,” ujar Usman kepada Bisnis, Senin (6/11/2023).

Menurut berita dari NBC pada Februari 2022, sudah ada 40 satelit Starlink yang berjenis LEO hilang karena badai geomagnetik di luar angkasa. 

Mengutip dari Futurism, satelit yang hilang tersebut berpotensi sudah menjadi puing-puing akibat tekanan dan dapat mendarat di Bumi.

Masalahnya, pendaratan tidak sengaja di Bumi ini bisa berpotensi untuk membunuh orang. Persentase pecahan satelit yang dapat membunuh masyarakat pun meningkat 61% setiap tahunnya.

Lebih lanjut, Usman mengatakan, satelit LEO merupakan satelit yang terbang di orbit Bumi rendah. Alhasil, cakupan sinyal yang diberikan juga tidak terlalu besar. Hal inipun membuat harus ada banyak satelit yang melintasi Bumi dalam satu waktu. 

Saat ini, Starlink sudah menerbangkan sekitar 5.000 satelit di angkasa. Masalahnya, satelit ini akan habis masa berlakunya dalam 15 tahun. Alhasil, biaya yang dikeluarkan juga akan tinggi, padahal risiko yang dihasilkan cukup tinggi. 

“LEO itu memang orbit rendah. Kelemahannya karena dia rendah, dia harus banyak jumlahnya karena cakupannya terbatas,” ujar Usman.

Oleh karena itu, Usman menuturkan, saat ini infrastruktur telekomunikasi masih didominasi oleh fiber optik dan BTS karena yang dinilai paling rendah risiko dan aman. Walaupun, Usman mengakui infrastruktur ini cukup mahal. 

Sebelumnya, Usman pernah mengatakan bahwa Starlink dinilai keberatan untuk memenuhi sejumlah persyaratan penyelenggaraan jaringan di Indonesia. Oleh karena itu, sebenarnya kehadiran Starlink di Indonesia masih menggantung atau belum jelas. 

“Dia kabarnya berat untuk memenuhi beberapa persyaratan yang kita ajukan,” ujar Usman kepada Bisnis, Selasa (24/10/2023).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper