Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pedagang di ITC Roxy Mas mengeluhkan daya beli smartphone yang menurun sejak beberapa bulan terakhir. Diduga karena harga di platform e-commerce lebih murah.
Salah seorang penjual smartphone Oppo, Novita mengatakan penjualan sudah mulai menurun sejak Oktober 2023. Novita pun mengatakan kondisi serupa ditemui teman-temannya yang berjualan di platform manapun, termasuk online.
“Sebenarnya kondisi Roxy pada bulan ini benar-benar turun banget. Sebenarnya untuk market handphone, semua promotor yang ada di mall, experience mall, semuanya mengatakan hancur bulan ini,” ujar Novita kepada Bisnis, Rabu (25/10/2023).
Menurutnya, seharusnya gerainya dapat menjual sekitar 60 unit pada satu bulan. Namun, pada saat ini, kata Novita, untuk menjual sekitar 40 unit saja sulit sekali. Novita mengaku, bahkan ada harinya ketika gerainya tidak dapat menjual satupun unit.
Lebih lanjut, Novita mengatakan saat ini masyarakat juga lebih memilih untuk membeli handphone dengan cara mencicil dibandingkan membayar langsung cash.
Novita menambahkan, lebih dari 50% konsumen yang tadinya ingin membeli secara tunai bahkan beralih ke cicilan. Padahal, Novita mengatakan tidak ada promo di pembayaran secara cicilan.
“Mereka mikirnya daripada gue keluarkan uang sekaligus banyak, mendingan nyicil perbulan. Jadi uang buat beli handphone-nya bisa dipakai untuk beli yang lain,” ujar Novita.
Senada, penjual smartphone Vivo bernama Dedi juga mengatakan hal serupa. Dedi bercerita kondisi Roxy yang semakin sepi sejak 3-4 bulan terakhir.
“Untuk penjualan, minimal gaji pokok dapet, tapi untuk target yang ditentukan itu jauh,” ujar Dedi.
Dedi bercerita, dulu gerainya bisa menjual sekitar 30-40 unit, tetapi kini hanya bisa 15-20 unit dalam sehari. “(untuk menjual) 15 (unit) saja susah,” ujar Dedi.
Memang mereka tidak mengetahui penyebab penurunan ini, tetapi penjual smartphone Samsung, Rodi mengatakan memang harga yang dikenakan di gerai resmi cenderung lebih mahal daripada penjual-penjual yang bukan resmi.
“Memang kita itu harga nasional sama semua. Jangankan dibandingkan online, jika dibandingkan toko lain di sini saja beda bisa sampai Rp500.000,” ujar Rodi.
Menurut Rodi, hal ini dikarenakan barang yang dijual oleh mereka merupakan barang yang asli dari Samsung. Sementara yang dijual di toko online ataupun toko selain toko resmi tidak diketahui darimana sumber barangnya.
“Sebenarnya kayak persaingan sih, bukan gimana. Namun, bedanya yang online dengan yang resmi kan berbeda, beberapa customer juga lebih paham,” ujar Rodi.
Diberitakan sebelumnya, jumlah smartphone merek global yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan 10 persen secara tahunan di kuartal II/2023.
Laporan Monthly Indonesia Smartphone Tracker dari perusahaan riset teknologi Counterpoint menemukan hal ini diakibatkan dari enam jenis smartphone yang paling laku di pasaran, hanya ada satu smartphone yang tidak mengalami penurunan impor.
Diketahui, VIVO mengalami penurunan terbesar dengan 32 persen, disusul Realme sebesar 22 persen, kemudian Xiaomi sebesar 12 persen, Samsung 11 persen, dan OPPO sebesar 2 persen.
Adapun smartphone yang tidak mengalami penurunan hanyalah Infinix dengan kenaikan hingga 17 persen.
Menurut laporan tersebut, hal ini dikarenakan Infinix yang kian agresif dalam melakukan pemasaran. Selain itu, produk-produk barunya seperti seri Note 30, seri Hot 30, dan seri Smart 7 juga tengah merajai pasar.