Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) berpendapat penjual (seller) TikTok yang saat ini eksodus ke e-commerce lain, seperti Shopee hingga Tokopedia, akan beralih kembali jika perusahaan asal China itu meluncurkan e-commerce.
Selain itu, secara jumlah pengguna dan ekosistem TikTok juga sangat besar. Jualan di TikTok seperti berjualan di pasar digital dengan jutaan calon pembeli.
Ketua Umum Idiec M. Tesar Sandikapura menyampaikan, feel dan pengalaman pedagang saat berjualan di TikTok tidak bisa digantikan oleh platform lain. Apalagi, TikTok memiliki basis pengguna yang besar, disertai dengan fitur-fitur yang lebih menarik jika dibandingkan marketplace biasa.
Jika nantinya TikTok resmi meluncurkan e-commerce, maka para penjual akan semakin tertarik untuk masuk ke platform ini.
“Iya pastinya. Mereka [penjual] akan makin menggila dan makin tertarik untuk masuk ke TikTok,” kata Tesar, dikutip Minggu (21/10/2023).
Dari sisi keramaian, Tesar mengatakan bahwa jumlah pengguna TikTok sangat besar dan crowd, sehingga jutaan orang yang bermain di TikTok berpeluang membeli barang di e-commerce.
“Selain itu di Tiktok kan emang orang aktif penggunaannya, engagementnya lebih lama. Namanya social media kan gitu, karakteristiknya beda dengan e-commerce,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah penjual dan affiliate TikTok Shop dikabarkan melanjutkan aktivitas perdagangannya di e-commerce lain, pasca ditutup pada awal Oktober 2023.
Partner GroupM Indonesia Rina Simon mengatakan, beberapa penjual di TikTok Shop telah beralih ke platform lain. Kendati begitu, para penjual ini masih aktif melakukan promosi via TikTok.
“Beberapa [penjual] diantaranya sudah dimigrasikan ke pasar elektronik yang lain. Namun ada pula yang dengan cerdik melakukan penjualan langsung,” jelas Rina di Tech in Asia Conference, Kamis (19/10/2023).
Dia menuturkan, para penjual yang masih melakukan siaran langsung biasanya cukup cerdik. Sebab, mereka tetap mencantumkan pranala penjualan namun tidak menyebut di e-commerce mana produk itu dijual.
Selain itu, para penjual yang masih bertahan di TikTok cenderung mengubah cara memasarkan barang dagangan.
Di sisi lain, Rina optimistis terhadap kembalinya TikTok sebagai e-commerce mengingat pasarnya yang begitu besar di Indonesia. Untuk itu, dia menyarankan para pedagang yang telah beralih ke e-commerce lain untuk tetap aktif memasarkan produknya di TikTok.
Sebelum ditutup TikTok mengeklaim memiliki 6 juta seller dan 7 juta konten kreator, yang saling bekerja sama dalam mengembangkan TikTok.
Seller-seller tersebut kemudian hijrah ke platform lain, seiring dengan larangan transaksi di TikTok Shop.
Laporan Compas.co.id pada periode 1 September - 1 Oktober 2023 mengungkapkan bahwa nilai penjualan di TikTok Shop untuk kategori fast-moving consumer goods atau FMCG mencapai angka Rp1,33 triliun di Indonesia.
Dari total transaksi tersebut, nilai penjualan yang terjadi pada kategori perawatan kecantikan sebesar Rp722 miliar, makanan minuman sebesar Rp272 miliar, ibu bayi sebesar Rp204 miliar, kesehatan sebesar Rp132 miliar, dan perlengkapan rumah sebesar Rp1 miliar.