Bisnis.com, JAKARTA - Tiga bulan sebelum pergantian tahun, sinyal kehadiran e-commerce TikTok makin menguat. Tim Human Resouces Development (HRD) menebar lowongan pekerjaan marketplace daring untuk TikTok.
Berdasarkan pantauan Bisnis (16/10/2023), sekitar lebih dari 50 lowongan terkait pekerjaan e-commerce TikTok ditemukan di laman LinkedIn TikTok global.
Menariknya, walaupun mayoritas lowongan bertempat di Indonesia, tetapi adapula sejumlah lowongan untuk e-commerce TikTok Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Selain itu, ditemukan pula lowongan untuk magang yang dimulai pada 2023 dan 2024.
Hal inipun diperkuat dengan tidak adanya kabar terkait PHK TikTok yang mencuat sejak penutupan TikTok Shop.
Lebih lanjut, berdasarkan video yang beredar di TikTok, raut muka para karyawan saat detik-detik penutupan TikTok Shop tidak menunjukkan tanda kesedihan. Namun sebaliknya, mereka justru mengatakan TikTok akan kembali dengan lebih kuat.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies Nailul Huda mengatakan langkah TikTok ini merupakan langkah yang tepat jika TikTok tidak ingin kehilangan potensi pasarnya yang besar.
Diketahui, menurut hasil studi TikTok dan Boston Consulting Group (BCG), TikTok Shop diprediksi dapat menghasilkan peluang pasar senilai US$1 triliun atau sekitar Rp15.713 triliun di Asia Pasifik pada 2025 (asumsi kurs Rp15.713/US$).
Sementara itu, laporan DataIndonesia.id yang mengutip laporan Cube Asia, e-commerce yang paling terdampak adalah Shopee dan Lazada, dengan pengurangan masing-masing 51% dan 45%.
Kemudian, pengguna juga mengurangi belanja di marketplace lainnya seperti Tokopedia, Bukalapak dan lain-lain hingga 45%. Toko-toko konvensional juga mengalami penurunan pendapatan hingga 38%.
Penurunan ini tidak terlepas dari sifat TikTok Shop sebagai social commerce. Alhasil, TikTok dengan algoritmanya yang membuat sebuah barang yang diminati pelanggan dapat tersimpan dan dimunculkan berkali-kali di halaman utama.
Diketahui, data dari APAC’s Triliun Dollar Opportunity dari BCG mengatakan 63% pengguna harus melihat konten yang sama 3-4 kali sebelum akhirnya membeli suatu barang.
Selain itu, studi yang sama juga mengatakan 81% pengguna TikTok di Asia Pasifik mengatakan konten video mempengaruhi keputusan belanja mereka.
Alhasil, tidak mengherankan jika data dari TikTok Marketing Science Global Retail Path to Purchase dari Material menemukan pengguna jadi 1,5x lebih mungkin untuk membeli barang yang ada di TikTok, dibandingkan dengan platform lainnya.
Selain itu, TikTok lebih dipilih menjadi sumber untuk penemuan produk 1,7x dibandingkan platform lainnya. Kemudian, return on ad spend TikTok juga lebih tinggi 2x dibandingkan dengan platform lainnya.
Alhasil, pada kalanya, berdasarkan riset dari Momentum Works, TIkTok Shop akan menggerus pangsa pasar dari e-commerce Tokopedia dan Lazada sekitar 3-5 poin.
Dengan demikian, pangsa pasar TikTok Shop diperkirakan akan naik dari 4,4% menjadi 13,2%