Pakar Antariksa Duga Starlink Elon Musk Ingin Kuasai Data Vital RI

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 3 Oktober 2023 | 14:55 WIB
Sebuah roket SpaceX Falcon 9 yang membawa batch ke-19 dari sekitar 60 satelit Starlink diluncurkan dari pad 40 di Cape Canaveral Space Force Station. Reuters
Sebuah roket SpaceX Falcon 9 yang membawa batch ke-19 dari sekitar 60 satelit Starlink diluncurkan dari pad 40 di Cape Canaveral Space Force Station. Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana satelit orbit rendah Starlink masuk langsung ke pasar ritel diduga bertujuan untuk mengambil data-data vital Indonesia. Pemerintah perlu mewaspadai risiko tersebut. 

Pakar Antariksa sekaligur Engineer Aerospace Lilly S. Wasitova mengatakan pemerintah perlu untuk mempertimbangkan manfaat dan bahaya atas kehadiran Starlink di Indonesia, termasuk perihal keamanan data negara. 

Dalam mempertimbangkan hal tersebut, menurut Lilly, pemerintah harus melibatkan beberapa pakar yang mengerti mengenai teknologi antariksa, teknologi komunikasi dan ahli kebijakan publik. 

Dengan langkah tersebut, maka pemerintah mendapat masukan yang lebih luas, bukan hanya pertimbangan bisnis semata, juga masalah kedaulatan dan keutuhan NKRI. 

"Saya yakin Elon Musk memiliki motif lain disamping bisnis terutama terkait data vital Indonesia. Dengan menguasai data vital akan memberikan power tersendiri. Minimal nilai tawar Elon Musk di Indonesia akan makin tinggi," kata Lilly, dikutip Selasa (3/10/2023). 

Dia menuturkan dengan adanya  potensi kehilangan data strategis negara yang sangat besar dan tak akan pernah dapat dikembalikan.

Lilly juga mempertanyakan konfigurasi satelit Starlink. Sebab Starlink tidak pernah menjelaskan secara rinci letak hub dan pangkalan data tempat menyimpan data telekomunikasi melalui satelit. 

Keberadaan lokasi penyimpanan data ini menurut Lilly sangat vital sebab Starlink memiliki potensi mengeruk data pribadi penduduk dan data penting lainnya di Indonesia. Seperti data geografi, demografi dan prilaku masyarakat Indonesia.

Agar dapat memberikan layanan kepada masyarakat, Starlink membutuhkan ribuan satelit. Ribuan satelit tersebut berkomunikasi secara independen dan dilakukan point to point. 

Data yang melalui Starlink langsung dikirim ke pusat kendalinya yang lokasinya tak diketahui. Sehingga data masyarakat Indonesia yang melalui Starlink tak ada filternya. Padahal saat ini keberadaan data merupakan salah satu bentuk kedaulatan suatu bangsa.

"Sebagai negara berdaulat Indonesia memiliki regulasi telekomunikasi. Ini yang jadi masalah vital  Starlink. Kalau mau bicara geo politik dan geo strategis, Elon Musk dengan Starlink ingin mewujukan negara itu borderless. Padahal di dunia tak menggenal borderless,” kata Lilly.

Lilly juga meminta pemerintah untuk lebih skeptis dan jangan mudah percaya pada layanan Starlink. Menurut Lilly semua janji manis Elon Musk seperti akan berinvestasi di Indonesia, memberikan tarif yang murah dan akan memberikan layanan telekomunikasi di daerah 3T memiliki motif terselubung. 

Jika ingin memberikan layanan Starlink secara langsung di Indonesia, menurut Lilly harusnya pemerintah bisa menagih janji-janji yang pernah diberikan Elon Musk untuk berinvestasi di Indonesia. Sebab Elon Musk bisa kapapun mengabaikan janjinya dan ini sudah terjadi di beberap negara.

"Di samping itu, ditengarai Starlink memiliki keterkaitan dan memiliki kontrak dengan departemen pertahanan negara tertentu. Kalau kita bicara dalam ranah intelijen, kemungkinan Starlink dimanfaatkan negara lain menurut saya cukup besar,” kata Lilly. 

Dalam perkembangannya, bulan ini Elon Musk dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan akan bertemu untuk membahas mengenai operasional Startlink di Indonesia. 

Starlink merupakan bagian dari perusahaan Spaceflight Swasta SpaceX untuk menyediakan internet murah ke lokasi terpencil. 

Starlink menjadi satelit pertama dan terbesar di dunia dengan konstelasi menggunakan orbit bumi yang rendah untuk menghadirkan internet broadband yang mampu mendukung aktivitas daring.  

“Iya kita lihat kalau semua [Starlink] deal-nya selesai, kita harapkan Oktober,” kata Luhut saat ditemui usai acara Bloomberg CEO Forum at Asean di Jakarta, Rabu (6/9/2023). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper