Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) tengah mendorong pengembangan jaringan 5G karena potensi pasar yang besar.
Menteri Kemenkominfo Budi Arie Setiadi mengatakan jaringan 5G dapat menyumbang PDB Indonesia sejumlah Rp2.802 triliun pada 2030. Oleh karena itu Budi juga mengajak semua stakeholder juga turut berkolaborasi dalam menyusun masterplan digital infrastruktur terkait 5G.
Hal ini pun diharapkan dapat membuat Indonesia benar-benar memiliki akses broadband yang merata, adil, dan merata bagi masyarakat.
“Pemerintah akan terus mempercepat penetrasi 5G melalui penyediaan pemerataan infrastruktur digital,” ujar Budi dalam paparannya dalam The 2nd 5G Mastel’s 5G Summit, Kamis (21/9/2023).
Budi mengatakan adapun pelaksanaannya termasuk melalui optimalisasi sumber daya spektrum frekuensi. Selain itu, menurut Budi, hal ini juga dilakukan dengan perluasan jaringan 5G di beberapa lokasi di sejumlah daerah di Indonesia.
Lebih lanjut, Budi juga mengajak operator untuk mempercepat pengeluaran 5G serta membuat inovasi-inovasi baru terkait jaringan tersebut. “Untuk memberikan Indonesia yang semakin digital, makin terkoneksi, makin maju,” ujar Budi.
Budi mengutip Steve Job, menurutnya teknologi yang cepat saja tidak cukup. Kutip Budi, sebuah teknologi yang canggih harus didukung dengan sumber daya manusia yang kompeten, kebijakan yang tepat, masyarakat yang teredukasi dengan baik, serta pemanfaatan teknologi digital yang mendorong pemanfaatan produktivitas dan nilai tambah.
Sebelumnya, Senior Director Government Affairs Qualcomm Nies Purwati mengatakan keberadaan jaringan 5G dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi global sebesar US$13,2 triliun atau senilai Rp202.828 triliun.
Hal ini dikarenakan adanya jaringan 5G akan menunjang kinerja kecerdasan buatan (AI) yang dapat membuat pekerjaan lebih efisien dan produktif.
Oleh karena itu, sejumlah negara tetangga sebenarnya sudah mulai membuat perencanaan perkembangan 5G. Mulai dari Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapura.
Namun, Nies mengatakan walaupun Indonesia terlambat bukan berarti Indonesia tidak bisa. Menurutnya, Indonesia masih memiliki waktu untuk mengejar ketertinggalan tersebut.