Mastel Minta Pemerintah Kaji Skema Bisnis Starlink, Sekarang Terlalu Mahal!

Crysania Suhartanto
Kamis, 14 September 2023 | 02:38 WIB
Pekerja Telkomsat berada di depan infrastruktur penerima sinya satelit Starlink Elon Musk/dok. Telkomsat.
Pekerja Telkomsat berada di depan infrastruktur penerima sinya satelit Starlink Elon Musk/dok. Telkomsat.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengatakan pemerintah harus mengkaji skema bisnis Starlink dengan benar, jika pasar yang diincar adalah ritel.

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel, Sigit P.W. mengatakan hal yang harus dikaji adalah dampak terhadap kompetisi pasar. 

“Jadi diantisipasi saja, dia akan main di mana, mengincar segmen yang mana, complimentary seperti apa dan bagaimana,” ujar Sigit kepada Bisnis di sela acara peluncuran 5G Innovation Center dari PIDI dan Ericsson, pada Rabu (13/9/2023).

Lebih lanjut, jika memang menyasar ritel, harga yang dipatok oleh Starlink terlampau mahal. 

Berdasarkan informasi yang diterimanya, Starlink ini biayanya berkisar Rp2-3 juta per bulan.

“Tapi kalau per orang, nanti mungkin jadinya mahal,” ujar Sigit.

Namun, dia mengatakan hal ini akan berbeda kondisinya jika Starlink menyasar korporasi atapun komunitas dengan harga yang sama. Alhasil, harga tersebut akan relatif sangat murah. 

Sigit pun mengatakan pengaturan ini harus dilakukan saat ini. Hal ini dikarenakan memang pemerintah telekomunikasi biasanya akan melakukan pengaturan ex-ante atau sebelum hal terjadi.

Sebagai informasi, Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura mengatakan Starlink memang melayani pasar ritel di sejumlah negara.

Beberapa hardware ataupun antena penghubung satelit dengan gadget telah dijual di marketplace.

“Starlink memang ritel, saya sudah tahu. Makanya saya bingung kenapa mereka harus sembunyi-sembunyi dahulu (untuk jualan ritel),” ujar Tesar kepada Bisnis, Rabu (13/9/2023).

Sebagai informasi, di Asia sendiri, Starlink sudah masuk ke Malaysia, Filipina, dan Jepang. Untuk di seluruh dunia, Starlink sudah masuk ke 80 persen wilayah Eropa, benua Australia, serta 70 persen benua Amerika.

Dikutip dari laman Starlink, untuk di Indonesia, layanan akan tersedia pada 2024. 

Adapun, harga layanan dan perangkat akan berbeda-beda di setiap negara. Di Malaysia, harga layanan Starlink per bulannya adalah sekitar Rp722.927 (MYR220). Sementara, seperangkat receiver Starlink dapat dibanderol dengan harga Rp7,5 juta (MYR2.300). 

Selanjutnya di Australia, perangkat Starlink dapat dibeli dengan harga Rp5,9 juta (AS$599) dengan layanan seharga Rp1,3 juta (AU$139).

Kemudian, seperangkat receiver Starlink di Britania Raya dikenakan harga Rp8,6 juta (£449) hingga Rp46,1 juta (£180). Sementara untuk jasa layanan itu sendiri, dapat dibanderol dengan harga Rp1,4 juta (£75) untuk layanan normal dan Rp3,4 juta (£180) untuk layanan prioritas.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper