Bisnis.com, JAKARTA - International Data Corporation’s (IDC), melaporkan pengiriman ponsel pintar atau smartphone Indonesia, mengalami penurunan sekitar 600.000 unit atau 6,3 persen pada kuartal II/2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Melanjutkan tren yang telah terjadi selama 8 kuartal terakhir.
Associate Market Analyst di IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan dalam menekan penurunan tersebut, sebagian besar pemain utama smartphone Indonesia meningkatkan pengiriman di sektor entry level, yang membuat penurunan year-over-year (YoY) pengiriman ponsel tertahan satu digit.
Langkah ini juga berhasil membuat pangsa pasar ponsel pintar 4G kembali naik menjadi 86 persen dari 82 persen pada kuartal sebelumnya dan ponsel pintar 5G turun sebesar 4,3 persen year on year/YoY. Ini merupakan penurnan pertama kali sejak kemunculannya pada 2020.
Ponsel pintar dengan harga lebih tinggi di segmen >US$600 atau Rp9 jutaan tumbuh 71 persen YoY, karena Samsung dan Apple bertarung sengit di segmen tersebut.
“Pangsa smartphone 5G masih sangat kecil dibandingkan smartphone 4G. Meskipun harganya lebih terjangkau, rekanan 4G mereka sering kali memiliki spesifikasi yang jauh lebih baik dengan harga yang serupa,” kata Vanessa, dikutip Kamis (7/9/2023).
Dalam laporannya, Samsung mengirim 1,9 juta unit ponsel pada kuartal II/2023, atau stagnan secara tahunan.
Sementara itu Oppo mengirim 1,6 juta unit smartphone atau turun sekitar 400.000 unit YoY. Xiaomi turun 200.000 unit YoY. Pun dengan vivo juga turun 200.000 unit menjadi 1,5 juta unit pengiriman ponsel pada kuartal II/2023.
Senada dengan laporan IDC, Counterpoint juga melaporkan hal yang sama. Lima dari enam merek ponsel yang paling laku di pasaran mengalami penurunan jumlah pengiriman unit ponsel.
Diketahui, VIVO mengalami penurunan terbesar dengan 32 persen, disusul realme sebesar 22 persen, kemudian Xiaomi sebesar 12 persen, Samsung 11 persen, dan OPPO sebesar 2 persen.
PR Manager vivo Indonesia Alexa Tiara mengatakan bahwa perusahaan sudah melihat laporan dari IDC. Menurutnya, penurunan terjadi karena kondisi pasar global.
“Jadi sebetulnya, kalau terlihat di sana karena memang ekonomi global sedang menurun jadi mungkin ada pengaruh ke penurunan itu,” kata Vanessa.
Vanessa mengatakan ke depan perusahaan akan terus merilis produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, misalnya V Series untuk anak-anak muda yang butuh potrait dan desain menarik, kemudian Y series yang lebih tahan lama dengan baterai yang besar, dan juga ada X series.
Vivo sebagai perusahaan teknologi global saat ini masih menjadi brand smartphone teratas di Indonesia. Untuk memperkuat posisi di industri smartphone vivo memiliki fokus utama pada dua strategi profesional imagine dan estetik desain.
“Vivo memiliki lebih dari 13.000 karyawan R&D di seluruh dunia, dan kami selama 3 tahun terakhir Vivo mengalami peningkatan dalam rata rata investasi sebesar 20 persen untuk R&D,” kata Vanessa.