Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menilai pendanaan secara regional Asia Tenggara masih lebih baik dibandingkan wilayah lainnya, pun dengan Indonesia yang memiliki potensi bisnis besar.
Direktur Ekonomi Digital Kemenkominfo Nyoman Adhiarna mengatakan meski secara global startup diterpa musim dingin teknologi, namun kondisi di Asia Tenggara tidak seburuk yang terjadi di wilayah lain, seperti Asia Timur, Eropa dan Amerika Utara.
“Memang tech winter masih berjalan tetapi potensi (investasi) dari Asia Tenggara termasuk Indonesia masih relatif lebih baik,” ujar Nyoman kepada Bisnis, Senin (4/9/2023).
Nyoman juga optimitis bahwa musim dingin teknologi yang terjadi tidak memberi dampak terhadap sejumlah program akselerasi yang dijalankan oleh Kemenkominfo, termasuk salah satunya adalah HUB.ID.
Menurut Nyoman, jika merujuk pada HUB.Summit 2022, jumlah peserta startup yang terlibat dalam program akselerasi tersebut cukup banyak yaitu 80 perusahaan rintisan dengan 800 pertemuan.
Oleh karena itu, Nyoman berharap tech winter yang terjadi tidak berdampak signifikan terhadap jumlah pertemuan antara investor dan startup ataupun matchmaking yang digelar pada tahun ini.
Senada, Founding Board Member Nexticorn Fondation David Rimbo mengatakan musim dingin teknologi terjadi secara global dan Asia Tenggara relatif lebih baik. Oleh karena itu, David mengharapkan tidak adanya perusahaan rintisan besar yang gugur pada saat ini.
David mengatakan jika bercontoh kondisi yang terjadi di Amerika, banyak perusahaan yang sempat tumbang dan terganggu dikarenakan transisi proses ekonomi ke suku bunga yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, hal ini tidak akan terhindarkan di Amerika. Namun, tidak dengan di Indonesia.
Dikutip dari laporan yang dibuat DealStreetAsia Data Vantage, penurunan investasi Indonesia juga menjadi dalang utama terpilihnya Asia Tenggara sebagai wilayah dengan penurunan rata-rata investasi paling tajam di Asia pada kuartal II/2023.
Diketahui penurunan investasi di Asia Tenggara pada periode tersebut mencapai 58,6 persen. Startup di Asia Tenggara hanya mendapatkan US$2,13 miliar pada kuartal II/2023 menurun dari US$5,13 miliar pada kuartal yang sama di tahun 2022.
Sementara untuk Indonesia sendiri, pendanaan ekuitas yang didapatkan dari seluruh perusahaan rintisan di Indonesia hanya sebesar US$327 juta atau sekitar Rp4,9 triliun. Angka inipun lebih rendah dari dana yang dikumpulkan oleh Vietnam sejumlah US$413 juta dan Singapura US$1,24 miliar.
Lebih lanjut, startup di Asia Tenggara secara keseluruhan juga tengah mengalami kesulitan pendanaan awal. Diketahui, hanya 52 startup di Asia Tenggara yang mendapatkan pendanaan tahap awal (seed financing) pada kuartal II/2023.