Bisnis.com, JAKARTA - Nilai pendanaan perusahaan rintisan (startup) di Asia Tenggara mengalami penurunan yang dalam pada semester I/2023. Adapun total dana yang mengalir ke startup Indonesia tertinggal jauh dari Vietnam.
Dikutip dari laporan yang dibuat DealStreetAsia Data Vantage, penurunan investasi Indonesia juga menjadi dalang utama terpilihnya Asia Tenggara sebagai wilayah dengan penurunan rata-rata investasi paling tajam di Asia pada kuartal II/2023.
Diketahui, penurunan investasi di Asia Tenggara pada periode tersebut mencapai 58,6 persen secara tahunan. Startup di Asia Tenggara hanya mendapatkan US$2,13 miliar pada kuartal II/2023 menurun dari US$5,13 miliar pada kuartal yang sama di tahun 2022.
Sementara untuk Indonesia sendiri, pendanaan ekuitas yang didapatkan dari seluruh perusahaan rintisan di Indonesia hanya sebesar US$327 juta atau sekitar Rp4,9 triliun. Angka inipun lebih rendah dari dana yang dikumpulkan oleh Vietnam sejumlah US$413 juta dan Singapura US$1,24 miliar.
Lebih lanjut, startup di Asia Tenggara secara keseluruhan juga tengah mengalami kesulitan pendanaan awal. Diketahui, hanya 52 startup di Asia Tenggara yang mendapatkan pendanaan tahap awal (seed financing) pada kuartal II/2023.
Di sisi lain tren penurunan ini mengakibatkan kekhawatiran tersendiri karena pendanaan tahap awal memang memainkan peran penting dalam pengembangan perusahaan.
“Seed financing memainkan peran penting dalam membantu startup untuk berdiri, menutupi biaya-biaya penting seperti pengembangan produk, rekrutmen personel kunci, pemasaran, dan operasi tahap awal,” ujar laporan DealStreetAsia Data Vantage, dikutip Senin (4/9/2023).
Diketahui, sekalipun kuartal II/2023 mengalami penurunan signifikan, angka ini masih lebih baik dari kuartal I/2023. Pada periode tersebut pendanaan untuk modal startup di Asia Tenggara hanya mencapai US$2,08 miliar atau sekitar Rp31,6 triliun.
Alhasil, penurunan pendanaan ini menjadikan kinerja pendanaan semester I/2023 mengalami penurunan. Diketahui, startup di Asia Tenggara hanya mengumpulkan pendapatan sebesar US$,2 miliar atau senilai Rp 63,9 triliun atau menurun 56 persen secara yoy.
Selain itu, angka pendanaan awal pada startup juga tengah mengalami penurunan berturut turut 29,7 persen dan 45 persen sejak tahun lalu.