Pasar Starlink dan OneWeb Disebut Belum Jelas, Layanan Satelit GEO Masih Favorit?

Crysania Suhartanto
Kamis, 10 Agustus 2023 | 21:32 WIB
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa 58 satelit untuk jaringan internet broadband Starlink SpaceX dan tiga satelit pencitraan bumi SkySat diluncurkan di Tanjung Canaveral, Florida. Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Meski memiliki teknologi dan mampu mengantarkan internet yang lebih cepat dibandingkan satelit GEO, satelit orbit bumi rendah seperti Starlink dan OneWeb dinilai masih abu-abu dan terkendala isu keamanan. 

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan persaingan di industri satelit cukup ketat, baik di industri satelit lokal maupun global, serta persaingan dengan satelit GEO seperti Satria-1. Oleh sebab itu, pemain satelit LEO harus menentukan pasarnya agar terus tumbuh. 

“Bisnis satelit LEO belum nampak dampak pasarnya. Persaingan yang terjadi di level mitra lokal dan mungkin bisa terjadi dengan penyedia satelit lain yang bukan mitra,” ujar Ian, Kamis (10/8/2023).

Ian mengatakan meski pasar satelit LEO belum jelas, prospek bisnis LEO ke depannya masih terlihat cerah. 

Dia memperkirakan penggunaan satelit LEO akan cukup masif pada sekitar 2025 atau pada saat layanan ini memiliki kejelasan khususnya mengenai keamanan. 

“Bukan hanya urusan layanan dan pendapatan, tetapi juga pertahanan keamanan dan kelangsungan bisnis telekomunikasi di Indonesia,” ujar Ian.

Dihubungi terpisah, CEO penyelenggara satelit orbit rendah DTP Michael Alifen mengatakan satelit LEO tidak akan mendisrupsi jaringan telekomunikasi lainnya.

Menurut Michael, sudah terdapat banyak perbedaan dalam model bisnisnya, mulai dari target pasar, jangkauan, hingga harga yang berbeda. 

Diketahui, untuk satelit LEO milik DTP sendiri memiliki model bisnis B2B di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). 

“Sebenarnya gini kan, karena di kota-kota juga bisa dipakai, tapi dari segi harga kan kami belum bisa sama dengan fiber,” ujar Michael.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper