Bisnis.com, JAKARTA - PT Indosat Tbk. (ISAT) mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada segmen business to business (B2B) atau bisnis korporasi.
Perekonomian yang mulai pulih pascapandemi Covid-19 dan solusi teknologi di luar konektivitas (beyond connectivity) yang relevan dengan kebutuhan pelanggan menjadi pendorong pertumbuhan.
Director and Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Muhammad Danny Buldansyah mengatakan bisnis B2B perseroan mengalami pertumbuhan hingga double digit pada kuartal II/2023.
Danny belum dapat menyampaikan detail pertumbuhan tersebut. Namun dia mengatakan pertumbuhan B2B didorong oleh solusi teknologi mutakhir yang dihadirkan Indosat dan mitra strategis seperti Huawei, Cisco, Nokia, ZTE, Google dan lain sebagainya.
“Pendorong pertumbuhan pendapatan diantaranya adalah solusi-solusi baru yang dihadirkan perusahaan,” kata Danny kepada Bisnis, Kamis (20/7/2023).
Selain itu, Danny juga mengatakan bahwa pertumbuhan solusi teknologi lebih menjulang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan solusi konektivitas. Hal ini menandakan bahwa solusi teknologi B2B Indosat, makin diminati oleh pelanggan korporasi.
Solusi teknologi tersebut tidak hanya bergerak dengan jaringan 4G, juga dengan jaringan 5G.
“Beberapa pelanggan kami sudah ada yang ingin minta dibantu dengan jaringan 5G privat atau privat network. [5G] memang yang lebih siap justru dari korporasi seperti pertambangan dan manufaktur,” kata Danny.
Sekadar informasi, pada kuartal I/2023 Indosat berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp11,94 triliun atau tumbuh 9,9 persen secara tahunan. Pendapatan yang bersumber pada layanan internet tetap (MIDI) tumbuh sebesar 11,2 persen secara tahunan.
Sementara itu, sebuah riset global yang berfokus pada industri telekomunikasi dan finansial, Twimbit, memperkirakan total belanja teknologi informasi (IT) yang digelontorkan oleh pemerintah dan perusahaan di Indonesia mencapai Rp459 triliun pada 2027, naik 53 persen dibandingkan dengan 2022 yang mencapai Rp300 triliun.
Dari total Rp459 triliun tersebut, sebagian besar belanja IT dikeluarkan oleh perusahaan skala menengah dan besar. Sementara itu perusahaan skala mikro dan kecil serta pemerintahan menghabiskan belanja IT yang lebih rendah.
Kemudian, penetrasi internet di segmen perusahaan skala mikro dan kecil pada 2027 juga diprediksi mencapai 67 persen, naik signifikan dibandingkan dengan 2022 yang diperkirakan mencapai 30 persen.
Twimbit juga memperkirakan dalam 5 tahun ke depan - periode 2022-2027 - teknologi internet of things (IoT), Blockchain, komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI) akan menjadi teknologi kunci yang mendominasi pasar Indonesia.