Survei Consensys, Indonesia Paling Adaptif dengan Transformasi Internet di Asia

Akbar Evandio
Minggu, 16 Juli 2023 | 18:19 WIB
Ilustrasi konektivitas internet/unsplash
Ilustrasi konektivitas internet/unsplash
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Survei global Consensys mencatatkan bahwa Indonesia menjadi negara paling adaptif dengan transformasi internet dan kesadaran privasi di Asia.

Pendiri dan CEO Consensys Joe Lubin mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kesadaran privasi dan pemberdayaan tertinggi di Asia dan Nomor 2 di dunia.

"Indonesia mungkin menjadi negara yang paling progresif dan menjanjikan dalam mengarah ke Internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas," ucap Joe Lubin lewat rilisnya, Minggu (16/7/2023).

Penelitian ini mendapatkan sampel survei sebanyak 15.158 orang yang berusia 18-65 tahun dari 15 negara, yaitu Argentina, Brasil, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Meksiko, Nigeria, Afrika Selatan, Korea Selatan, Filipina, Inggris, Amerika Serikat, dan Vietnam.

Dalam survei tersebut, 77 persen masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang paling peduli terhadap privasi di Asia dan hanya kalah dari Nigeria secara global.

Indonesia juga menempati peringkat kedua dalam keinginan untuk membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dari data pengguna sebesar 81 persen, serta untuk memiliki lebih banyak kontrol atas data pengguna mereka mencapai 89 persen.

"Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat pertama di Asia dalam keyakinan terhadap kepemilikan digital, yang menunjukkan bahwa mereka seharusnya memiliki hal-hal yang mereka ciptakan di Internet," tuturnya

Survei dari perusahaan teknologi perangkat lunak bidang web3 ini mencatatkan Indonesia juga lebih sadar akan konsep Web3.0 dibandingkan dengan negara lain di Asia.

23 persen responden Indonesia menyatakan bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang Web3, dibandingkan di Jepang yang hanya hanya 9%.

Indonesia juga tercatat memiliki persepsi yang paling positif dan progresif terhadap kripto, di mana kripto dianggap sebagai mata uang masa depan (17%) dan memiliki potensi untuk kepemilikan digital (15%), serta sebagai alternatif terhadap ekosistem keuangan tradisional (9%).

"Temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia, dengan populasi pemuda yang dimilikinya, sangat terbuka terhadap konsep-konsep Web3.0 dan menggambarkan pengguna Indonesia sebagai builder dan pencipta yang berorientasi ke masa depan, yang berkontribusi pada transformasi era baru Internet," pungkas Lubin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper