Bisnis.com, JAKARTA – Elon Musk menyebut China tertarik soal kerja sama internasional soal kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
“China jelas tertarik untuk bekerja dalam kerangka kerjasama internasional untuk regulasi AI,” kata CEO Twitter itu, dilansir dari Reuters, Kamis (13/7/2023), dalam acara Twitter Space bersama dua anggota kongres AS.
Diketahui beberapa minggu yang lalu, Musk melakukan perjalanan ke pabrik perusahaan mobil listrik miliknya, Tesla di Shanghai, China. Dalam perjalanan ke China itu, dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri, Perdagangan, dan Industri serta Wakil Perdana Menteri China di Beijing.
Musk menyebut terlibat diskusi dengan para pejabat tersebut terkait risiko pertumbuhan AI dan perlunya sejumlah pengawasan. Bulan lalu Musk, menginformasikan melalui acara Twitter Space lain bahwa pemerintah China akan berusaha untuk merancang regulasi terkait kecerdasan buatan di China.
“Yang saya dapatkan dari diskusi itu adalah China akan memulai regulasi AI,” katanya.
China telah bergabung dalam arus generatif kecerdasan buatan dengan hampir 80 model AI dari perusahaan besar seperti Baidu dan Alibaba. Selain itu, diketahui startup menarik hampir US$14 miliar atau sekitar Rp209 triliun pendanaan terkait AI selama enam bulan terakhir.
Namun diketahui China memberlakukan regulasi yang ketat untuk sektor Ai ini. Sejumlah aturan baru yang harus dipatuhi oleh perusahaan antara lain, seperti pemeriksaan algoritma hingga tinjauan keamanan data yang akan diekspor.
Hal itu berkaitan dengan pertimbangan pemerintah mengurangi bahaya dari teknologi yang muncul, yang mana telah mengalami ledakan investasi dan popularitas konsumen dalam beberapa bulan terakhir setelah peluncuran ChatGPT.
Sayangnya akibat upaya pencegahan itu, sejumlah perusahaan justru melambat di arus generatif AI. Sejumlah ahli mulai memperingati dampak daya saing di masa depan.