Bisnis.com, JAKARTA - Badai pasir dahsyat tengah menyapu atmosfer VHS 1256 b yang berjarak sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi.
VHS 1256b memiliki ukuran 20 kali lebih masif dari Jupiter ini mengorbit dua bintang, sehingga mereka membutuhkan waktu sekitar 10.000 tahun untuk mengorbit bintang induk tersebut.
Melalui James Webb Space Telescope, para ilmuwan mampu mengamati badai pasir ini dan melihat adanya gabungan air, metana, dan karbon dioksida di atmosfer planet pada Rabu, (22/3/2023).
“VHS 1256 b berjarak sekitar empat kali lebih dari bintang induknya, dibanding jarak Pluto dengan matahari kita, sehingga objek ini menjadi target yang bagus untuk Webb,” kata Astrofisikawan Universitas Arizona dan penulis utama studi baru tersebut, Brittany Miles
Dia menilai cahaya planet VHS 1256b bisa menjadi sangat jelas, lantaran cahaya yang dipancarkan bintang induk punya jarak yang sangat jauh.
Pada kesempatan terpisah, seorang astronom di University of Edinburgh di Inggris mengatakan, badai pasir itu memicu awan debu yang turut menghantam VHS 1256 b.
Menurutnya, awan tersebut terbuat dari partikel silikat kecil yang bahkan lebih kecil dari butiran pasir.
“Awannya juga sangat panas: Suhu di lapisan atmosfer planet itu melonjak hingga 830 derajat celcius,” ujarnya.
Meski begitu, menurut para peneliti, badai debu itu kemungkinan besar tidak akan berlangsung lama.
Hal tersebut lantaran, VHS 1256 b adalah planet yang relatif muda, yang baru berusia 150 juta tahun. Letaknya sangat jauh dari bintang induknya, akan membuat VHS 1256 mendingin, dan atmosfernya yang bergolak kemungkinan besar akan hilang.
Tim mengamati atmosfer turbulen planet menggunakan rangkaian kamera inframerah JWST, termasuk Spektrograf Inframerah Dekat dan Instrumen Inframerah Menengah.
Spektrum cahaya inframerah memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan pengukuran yang lebih tepat dari cahaya yang dipancarkan planet tanpa gangguan dari cahaya tampak dari bintang induknya.
Penelitian baru itu hanyalah awal dari penyelaman tim ke dalam pengukuran JWST tentang planet ekstrasurya yang masif.
“Penemuan soal silikat alias material-material yang umumnya terdiri dari Silikon dan Oksigen menjadi salah satu langkah awal untuk bisa memahami lebih jauh soal ukuran dan bentuk butiran soal jenis awan tertentu,” kata Miles.