Krisis Iklim Memburuk, GREENS Ciptakan Sistem Pertanian Canggih Pertama di Indonesia

Arlina Laras
Rabu, 11 Januari 2023 | 19:39 WIB
Ilustrasi pertanian./dok. TaniGroup
Ilustrasi pertanian./dok. TaniGroup
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Startup agritech GREENS kembali menargetkan negara lain, yaitu Amerika untuk melakukan eksplorasi kerja melalui greens pod sebagai alternatif sumber pangan pada 2023. 

Sebagaimana diketahui, sebelumnya startup ini memang sempat melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan E-Tech Holding Company asal Uni Emirat Arab (UEA) pada Juli 2022 lalu. 

Erwin Gunawan, Co-Founder & Chief Business Officer GREENS menyatakan bahwa kerja sama ini mulai gencar dilaksanakan, sebab perubahan iklim memang memiliki berdampak terhadap gangguan produksi dan suplai pangan yang akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan.

“Jadi, GREENS melalui teknologi greens pod-nya dapat menjamin keberlangsungan masa depan ketahanan pangan negaranya. Misalnya, fenomena penggurunan atau desertifikasi di Dubai memang mengancam pasokan makanan di sana. Sehingga, teknologi baru di bidang pembibitan dapat membantu menahan laju meluasnya kawasan gurun,” jelasnya pada Bisnis dalam GREENS Media Tour di Plaza Indonesia, Rabu (11/1/2023). 

Greens pod ini dapat mengatur suhu udara, kelembapan udara, pengaturan cahaya, hingga perencanaan penanaman sumber pangan jangka panjang sehingga hasil panen terprediksi, lebih konsisten, dan memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi.

“Jadi, kalau saat ini pertanian kita masih mengandalkan musim. Sekarang, kami coba ciptakan ekosistem agriculture yang lebih baru, lebih higienis serta lebih efisien,” katanya. 

Alat tersebut memungkinkan sayuran khusus dapat dipanen pada usia 9–15 hari, dan diklaim memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi hingga 39 kali lipat dibandingkan dengan sayur konvensional.

Demi menerapkan konsep holistik dari proses hulu hingga hilir, saat ini GREENS memang secara konsisten melakukan berbagai pengembangan dalam teknologi green pods-nya. 

“Di samping kami melakukan kerja sama dengan luar negeri, kami juga terus memprioritaskan Indonesia sambil terus menguji coba alat yang ada, misalnya kami sudah coba mereduksi penggunaan air, dengan melakukan filtrasi sebanyak lima kali. Sehingga, kita meminimalisir air yang terbuang,” terang Erwin.

Bahkan, di akhir tahun 2023 ini, GREENS juga akan merampungkan proyek solar panelnya. 

“Masalah energi ini juga menjadi concern kami. Tidak mungkinm alat ini bekerja dengan listrik non stop ya. Sehingga, kami juga sedang prototyping, semoga di tahun 2023 ini selesai,” ungkapnya. 

Nantinya, Greens pod ini akan menjadi perluasan inovasi teknologi agrikultur yang memanfaatkan sistem penanaman dalam ruangan, blockchain, artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dan internet of things (IoT) untuk menciptakan desentralisasi sumber pangan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Ciptakan Food Sustainability Melalui NFT

Saat perkembangan teknologi blockchain begitu pesat, tentunya dibutuhkan ide out of the box yang dapat mendorong adopsi dari kegunaan dan manfaatnya. Namun, utilitas dari NFT sendiri seringkali menjadi pertanyaan. 

Alhasil, Direktur dan Co-Founder Greens Geraldi Tjoa terdorong untuk membuat prototype platform online dengan memanfaatkan konsep kerja blockchain. 

“Sebagai solusi berupa ekosistem makanan hiperlokal yang memungkinkan konsumen menyantap makanan bernutrisi tinggi yang ditanam dan dipanen di tempat. Kami memanfaatkan blockchain agar ada traceability. Sehingga, konsumen dapat tahu persis apa yang dirinya makan, dari mana asalnya, dan bagaimana cara penanamannya yang bisa diakses secara terbuka oleh publik. Tinggal scan barcode, maka semua rekam jejak asupan yang Anda makan hari ini terlihat,” ungkapnya. 

Skema Bisnis GREENS

Sejauh ini, perusahaannya mengandalkan skema bisnis ke konsumen (B2C) dan bisnis ke bisnis (B2B), serta metafarming.

Skema bisnis B2C ini tampak dari restoran, di mana GREENS menawarkan pengalaman kuliner baru dengan menjadikan santapan tersebut dipanen dan disantap dalam satu waktu. 

Sementara, untuk skema B2B, perusahaan bakal menjajaki kerja sama dengan perusahaan makanan dan minuman (F&B) maupun supermarket atau grocery stores. 

“Kami biasanya ikut menyuplai beberapa tempat. Kami pun tidak menutup kesempatan untuk bisa melakukan kerja sama lebih banyak. Bahkan, kedepannya kami akan terus memberdayakan petani lokal, karena beberapa bahan seperti jagung itu masih ambil dari petani lokal,“ kata Erwin. 

Lalu, dia menyebutkan akan ada inisiatif untuk publik dapat ikut menanam sayuran pada green pods melalui metafarming. Nantinya, publik dapat terlibat dengan dihadirkannya platform online yang saat ini masih menjadi proyek privat. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper