Bisnis.com, JAKARTA - Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Palapa Ring Timur dikabarkan masih sepi peminat. Proyek strategis nasional senilai Rp5,13 triliun belum memiliki banyak penyewa hingga Desember 2022.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis.com, dari 504 Gbps kapasitas yang tersedia di Palapa Ring Timur, kabarnya yang telah digunakan baru 1 Gbps. Jumlah tersebut sangat kecil untuk sebuah infrastruktur jaringan tulang punggung yang telah beroperasi sejak Desember 2019.
Namun data tersebut dibantah oleh Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Dhia Anugrah Febriansa. Utilisasi Palapa Ring Timur terus tumbuh bahkan melampaui target.
"Update utilisasi Palapa Ring Timur per akhir Desember 2022 mencapai fiber optic 284 Gbps dan micro wave 4.700 Mbps. Adapun targetnya 280 Gbps," kata Dhia kepada Bisnis.com, Rabu (11/1/2023).
Selain Palapa Ring Timur, pertumbuhan utilisasi hingga melampaui target juga terjadi di Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Tengah. Untuk Palapa Ring Barat, kata Dhia, dari target 150 Gbps, jumlah utilisasi telah tembus mencapai 190 Gbps per Desember 2022.
Sementara itu untuk Palapa Ring Tengah utilisasi pada periode yang sama mencapai 213 Gbps dari target 210 Gbps. "Sejumlah 27 penyelenggara telekomunikasi telah tercatat sebagai pengguna di berbagai lokasi segmen rute Palapa Ring," kata Dhia.
Dhia menuturkan untuk meningkatkan utilisasi Palapa Ring, Bakti terus melakukan kegiatan promosi yang menyasar para penyelenggara telekomunikasi maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kesadaran seiring dengan inisiatif yang menjadi stimulus utilisasi.
Kegiatan promosi tersebut antara lain program Promosi Berbakti untuk Negeri, maupun diskon dengan syarat dan ketentuan.
Bakti berharap dengan utilisasi Palapa Ring yang terus meningkat dapat berdampak pada penetrasi digital di 57 Kabupaten/Kota wilayah layanan Palapa Ring.
"Tidak hanya menjalankan skema business as usual, juga membuka potensi kerja sama dengan para pihak yang memiliki kompetensi," kata Dhia.
Adapun Palapa Ring sendiri merupakan proyek digarap melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Dengan skema tersebut, maka pemerintah akan membayar secara dicicil selama 15 tahun kepada pelaksana Palapa Ring. Cicilan akan berkurang jika ada perusahaan yang menggunakan atau berlangganan Palapa Ring.
Berdasarkan dokumen Bakti yang dihimpun Bisnis.com, pada 2019 tarif proyek Palapa Ring Timur merupakan yang termahal dibandingkan dengan proyek-proyek Palapa Ring lainnya.
Ring Timur mencakup 11 wilayah operasional dan menghubungkan Kota Ransiki, Raisei, Nabire, Botawa, Serui, Biak, Sorendiweri, Numfor dan Manokwari, Papua.
Saat itu, Bakti memasang harga sewa untuk proyek 11 senilai Rp69 juta per bulan untuk kapasitas sebesar 1 Gbps dan Rp552 juta per bulan untuk 10 Gbps.
Sebagai perbandingan, tarif sewa sejumlah proyek di Palapa Ring Barat berkisar antara Rp20 juta—Rp445 juta per bulan, sedangkan Palapa Ring Tengah Rp9 juta—Rp240 juta per bulan. Ada kemungkinan tarif tersebut sudah berubah pada tahun ini.