Bisnis.com, JAKARTA - International Data Corporation’s (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker mencatat bahwa pasar smartphone Indonesia kembali lesu pada kuartal III/2022, dengan penurunan sebesar 12,4 persen secara tahunan (year-on year/y-o-y).
Associate Market Analyst IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan lemahnya pasar smartphone tersebut diakibatkan inflasi yang mencapai 5,95 persen y-o-y pada September 2022 setelah meningkatnya harga BBM subsidi dan non-subsidi.
"Meningkatnya harga bahan bakar berdampak negatif pada daya beli masyarakat dan permintaan pasar," katanya, Rabu (16/11/2022).
Dia memerinci, tekanan yang lebih besar dirasakan oleh segmen ultra-low-end (<US$100) dan segmen low-end (US$100<200) sehingga jumlah pangsa keduanya turun menjadi 75 persen dari 81 persen pada kuartal III/2021.
Vanessa menambahkan untuk segmen mid-range (US$200-US$400) terlihat tetap stabil. Sebaliknya, penguatan signifikan terlihat pada segmen >US$400, dengan permintaan di segmen ini relatif tidak elastis dibandingkan dengan segmen harga yang lebih rendah.
"Para vendor merilis produk mereka secara strategis, serta menawarkan berbagai diskon dan cashback untuk mendorong permintaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, menurutnya, di tengah perjuangan dunia melawan inflasi yang meroket, pergerakan kurs yang bergejolak, serta kenaikan suku bunga, pasar smartphone Indonesia diperkirakan akan terus mengalami tekanan.
Maka dari itu, Vanessa memperkirakan pengiriman smartphone secara keseluruhan pada tahun ini akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.